Page 110 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 110
pendidikan itu penting. Baginya, perempuan tidak boleh kalah
dengan lelaki. Wanita harus bisa lebih mandiri. Baginya,
emansipasi Kartini patut untuk dihargai dengan melakukan
kemajuan pada wanita. Dan ia harus jadi kebanggaan Kartini.
Wanita itu menarik napas dalam-dalam kemudian
menghembuskannya.
Kalau dibayangkan, perjuangannya untuk mencapai titik
sukses ini tidak semudah makan kuaci. Telah banyak
rintangan ia singkirkan untuk dapat menggapai apa yang
diinginkannya. Apapun keyakinannya cukup selalu ditemani
jangan menyerah dan berusaha. Wanita itu selalu yakin.
Dering telepon genggam membuyarkan lamunan wanita
itu seketika. Ternyata sudah pukul satu siang, pertemuannya
dengan mitra kerja akan segera dimulai.
―Iya. Oh baiklah. Iya, tak masalah. Mungkin minggu
depan bisa diagendakan. Ya baiklah.‖
Dari seberang saluran telepon yang tersambung,
mengatakan pertemuan ditunda. Wanita itu kembali melirik
bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya. Barangkali ia
rindu pada Kartininya. Ia lebih mengenal kantornya, rekan
kerjanya, bahkan lebih mengenal sekretarisnya ketimbang
mengenal anak sendiri. Dia bukan tipe wanita yang suka
menunda pekerjaan tapi nyatanya pekerjaan tak pernah habis
walau selalu dikerjakan tiap hari. Wanita itu tentu tak
pernah bisa mengabaikan
―Aku harus menemani Kartini,‖ serunya dalam
hati.
101
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

