Page 111 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 111

***
                     ―Tidak!‖  jerit  Kartini  kepada  Tina.  Tina  telah
               membisikkan rencananya kepada Kartini. Rencana tepat pada
               tanggal kelahirannya, 21 April.
                     ―Ya, Kartini. Supaya kau bahagia. Aku hanya ingin kau
               bahagia. Aku membenci orang-orang yang membuatmu sedih.‖

                     Kartini  diam  sejenak, wajahnya  cemas.  Entah  mengapa
               dorongannya sangat kuat. Ia ingin melakukan, tapi…
                     ―Aku anak yang paling disayang!‖ bentak  Kartini. Kali
               ini  mamanya  lagi-lagi  memergokinya  berbicara  sendiri  di
               depan  cermin  tua  itu.  Wajahnya  galak,  matanya  menyimpan
               benci, dan tubuhnya bergetar.
                       Sudah  beberapa  kali  mamanya  memergoki  Kartini

               berbicara  sendiri  di  depan  cermin  peninggalan  ibu  dari
               suaminya.  Mengatakan  Tuhan  tak  adil,  hidupnya  yang  duka,
               keluarganya  yang  dikatai  penjahat  dan  tak  terlepas  adalah
               mamanya.  Tak  terlepas  juga  kata-kata  yang  mamanya  tidak
               pernah  memahami  maksudnya.  Berapa  kali  pun  mamanya
               mendengar,  terkadang  malah  seperti  ucapan  mantra  atau

               gumaman tak jelas. Setiap pagi ketika mamanya telah bersiap
               untuk  berangkat  ke  kantor,  Kartini  selalu  menyempatkan
               berbicara  dengan  cermin  tua  itu.  Lebih  daripada  ia
               menghabiskan waktunya untuk berbicara dengan mamanya.
               Pun  sebaliknya  dengan  mamanya,  yang  lebih  banyak
               menghabiskan  waktu  untuk  bekerja  daripada  bersama  anak
               semata wayangnya.




                                                         102

                        Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116