Page 115 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 115
baru kali ini merasa sangat membencinya. Kartini bingung,
dalam hatinya percaya pada Tina.
―Jangan meragukanku, kita teman baik.‖
Tina telah dapat membaca hatinya. Rasanya memang
salah jika dia membenci Tina. Tina bukan hanya teman
terbaik dan sepanjang masa tapi Tina lebih mengerti dia
daripada mamanya. Tina tidak pernah menginginkan dia sedih
dalam keadaan yang bagaimanapun. Tina sahabat yang selalu
ada untuknya.
―Ayo Kartini, kita bersama. Aku akan selalu
menemanimu.‖
Di luar mamanya telah siap dengan pesta kecil yang
hanya ada pembantu, tukang kebun, dan satpamnya yang
memang tinggal di rumah. Wanita itu tak pernah merasa
sebahagia ini. Kapan terakhir ia menyiapkan pesta untuk
ulang tahun anaknya. Malam ini, ia merasa menjadi ibu yang
sempurna bisa melakukan segala hal dengan baik. Ia tidak
mengecewakan idolanya, Raden Ajeng Kartini.
Wanita itu mengetuk pintu kamar Kartini.
―Kartini, buka pintunya. Mama ada perlu,‖
ujarnya.
Ketika pintu terbuka, muncul Kartini yang langsung
memeluk mamanya. Tangisnya pecah.
―Aku selalu merindukan mama. Hari-hari Kartini
bercerita tanpa ada sosok mama. Mama selalu sibuk dengan
ini dan itu. Apa mama tak pernah menginginkan Kartini? Aku
selalu kehabisan kata-kata ketika dulu teman-temanku
106
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

