Page 114 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 114

―Mama  peduli  walaupun  tidak  pernah  ada?  Mama
                     sibuk.‖
                     Wanita itu memang kelewat sibuk. Pergi ke luar negeri,
               ke luar kota tanpa ada salam pamit. Dia hidup seperti hanya
               untuk bekerja, tak kenal waktu. Ia telah terobsesi menjadi
               wanita  sukses,  wanita  seperti  Raden  Ajeng  Kartini,  yang

               mandiri dan derajatnya tak direndahkan dari laki-laki.
                     Waktu  telah  menunjukan  pukul  00:00.  Kartini
               mendongak,  melihat  wajah  mamanya.  Harap  cemas  apakah
               mamanya ingat atau tidak hari lahir anak semata wayangnya.
               Wanita itu ingat, bahkan telah mempersiapkan surprise kecil
               bersama pembantunya. Tapi semua itu tersimpan dalam hati
               masing-masing.  Mereka  telah  biasa  tidak  mengungkapkan
               apapun.

                     ―Mama keluar dulu. Ada urusan,‖ ujar wanita iru kepada
               Kartini, ia berniat ada untuk Kartini di ulang tahunnya yang
               ke 18. Kartini hanya mengangguk. Kecewa.
                     ―Dia  tidak  pernah  peduli,‖  bisik  Tina.  Ia  benar-benar
               sudah di luar jangkauan Kartini.

                     ―Dia bilang padaku, dia peduli,‖ jawab Kartini ragu.
                     ―Kartini, demi kebaikanmu, ayo!‖
                     ―Aku tidak bisa.‖
                     ―Kamu bisa Kartini. Kamu bisa melakukannya. Ayo!‖
                     ―Tapi kenapa?‖
                     ―Karena dengan begitu, kamu akan bahagia.‖

                     Kartini  terdiam.  Matanya  menerawang  langit-langit
               ruang kamarnya. Ia telah lama berteman dengan Tina, namun

                                                         105

                        Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119