Page 162 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 162
surat-suratnya ditujukan. Lalu, perhitungan kembali
dilakukan untuk memperkirakan hari apa tukang pos datang
ke rumahnya untuk mengantarkan surat kepadanya. Entah itu
surat baru, surat balasan, atau pun surat yang lama sekali ia
tunggu cukup lama. Misalnya surat balasan dari radio yang
mengadakan sayembara menulis, request lagu terbanyak, atau
surat pendengar.
Malam ini mungkin akan lebih tenang dari tadi malam.
Karena ia hanya akan membaca lagi surat-surat yang ia
terima, memandangi wajah dari foto-foto yang dikirmkan
bersama surat mereka (kawan-kawan penanya), dan
mendengarkan radio malam. Kebetulan hari itu adalah jadwal
cerita malam di salah satu stasiun radio kesukaannya.
Sesuai perkiraan, tukang pos datang mengantarkan
surat-surat untuk dirinya. Tukang pos itu sudah mengetahui
kegiatan surat-menyurat yang dilakukan perempuan
berambut panjang sampai pantat tersebut. Karena
sebelumnya, ia bingung akan nama kepada yang tertulis pada
surat dengan alamatnya. Setahu dirinya, tidak ada perempuan
yang bernama demikian apalagi yang tinggal di rumah Sanef.
Setelah ia memahami bahwa itu adalah nama pena, serta pola
surat-menyurat yang dilakukannya, si tukang pos dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik.
Dapat dipastikan, malam itu, cekikik, gesekan sendal
dengan tanah, suara pena menari di atas kertas, serta
rapalan-rapalan menjadi lagu pengiring semesta sementara
153
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

