Page 169 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 169
berbahaya darinya, begitu pesan yang ia dapatkan. Satu
bayangan melintas, tapaknya menuju ke utara. Sekelebat
dirinya hampir terjatuh terkejut.
Ia mengikutinya, menapakkan kaki yang sejak tadi
hanya menancap kaku. Sosok itu berlari, tetapi ia masih
berjalan. Memasuki kota dengan mobil-mobil dan motormotor
serta orang-orang bercakap-cakap. Dari jauh kereta melaju
kencang membawa orang-orang berpergian untuk segala
urusannya. Suaranya sangat jauh, ia berusaha menangkapnya.
Apa yang bisa ia rasakan dari suara kereta mungkin akan
membawanya ke tempat lain lagi. Tetapi ia masih berjalan
makin memasuki hiruk pikuk kota dengan sebuah bayangan
memimpin di depan agak jauh. Sosok itu terus menuju ke
sebuah jalur rel kereta. Kini ia tahu bahwa memang kereta
tersebut berhubungan dengannya. Sosok itu berhenti di
seberang jalur. Ia juga berhenti di sisi seberangnya.
Kemudian sosok itu berbalik, melambaikan tangannya sampai
ikut berguncang-guncang badannya kepada ia yang ada di
seberang.
―Ahdim?‖ ia berucap untuk pertama kalinya
memastikan betul orang di seberang itu adalah Ahdim,
suaminya.
Sebuah kereta datang sangat cepat, membatasi
keduanya yang sedang mengucapkan salam perpisahan.
Seiring kereta menjauh, ia tidak menemukan lagi sosok yang
sangat amat ia kenal. Senja selepas kereta lewat menjadi
hampa. Yang ia lihat sekarang ada seseorang lagi di sana,
160
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

