Page 53 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 53
Lelaki yang tadi mentapku tak suka mulai
memperkenalkan dirinya, ―Namaku Revano Prasetyo
Bramantyo,‖ hanya itu, iya hanya itu yang dia katakan.
Apakah aku akan sanggup menikah dengan
sesorang yang hemat kata-kata seperti dia. Ayah dan
orang tuanya berbincang-bincang tentang tanggal
pernikahan dan aku hanya mendengarkan tanpa berani
berbicara, akhirnya di utuskan aku akan menikah minggu
depan, dan saat itu juga rasanya langit runtuh menimpaku.
Hari pernikahanku pun datang dan saat ini aku
berharap Allah memanggilku agar segera beretemu dan
berkumpul bersama ibu di surga. Tapi inilah takdirku dan
aku menjalanainya dengan semestinya. Acara itu berjalan
begitu sakral dan resepsi dengan mewah padahal aku
lebih menyukai hal yang sederhana. Dan sekarang aku
sedang berada di rumah kami bersama sesorang yang
sekarang berstatus sebagai suamiku.
Aku sedang melamun dan memikirkan nasibku
setelah itu dan aku dikagetkan oleh suaranya yang tegas,
―Mulai besok dan seterusnnya kau hanya perlu tinggal di
rumah dan menjalani kewajiban sebagai seorang istri, kau
tak perlu bekerja karena pada hakikatnya seorang istri
memang tempatnya di rumah.‖
Aku tercengang dengan ucapanya barusan,
apaapaan dia, lalu apa gunanya aku belajar saat ini kalau
akhirnya ilmuku tidak bisa aku amalkan lalu bagaimana
dengan cita-citaku untuk menjadi seorang guru, cobaan
44
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

