Page 55 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 55
hatiku tenang tidak pernah rasanya aku sebahagia ini
semenjak kepergian ibu.
Salah satu anak berkata, ―Mbak Lisa kok lama gak
ke sini, Mbak Lisa kemana?‖ aku tersenyum hangat
mengulurkan tanganku membelai rambut panjangnya.
―Mbak gak kemana-mana kok, Mbak kan sibuk
belajar biar ilmunya banyak terus bisa ngajarin kalian
deh.‖ mereka bersorak bahagia dan hatiku tenang
mendengarnya.
Ketika sedang ngobrol dengan anak-anak, aku
dikagetkan oleh suara yang begitu aku rindukan, ―Ya
ampun, Lisa, anakku, Ibu rindu, Nak. Kemana saja kau
selama ini?‖ aku pun menghambur ke pelukannya.
Aku memeluknya erat, aku merindukan sosok ini.
Sosok yang aku anggap sebagai ibuku aku merenggangkan
pelukanku dan menjawab, ―Lisa kuliah, Bu. Di luar negeri,
Bu. Lisa tidak sempat memberi tahu Ibu karena
keberangkatannya mendadak.‖
Ibu tidak menjawab pertanyaanku, dia kembali
memelukk erat. Kami bercerita panjang lebar hingga hari
siang kemudian aku lanjutkan mengajar anak-anak
membaca menulis mereka sangat antusias dan aku sangat
bahagia.
Sebulan berlalu, aku terus melakukan hal itu pergi
pagi, setelah Revano berangkat kerja tentunya, dan
pulang sebelum dia pulang dari kantor. Aku bahagia
46
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

