Page 54 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 54
apalagi ini? Di zaman yang sudah modern ini aku tidak
percaya masih ada orang yang berpikiran kuno sepertinya,
batinku berontak aku tidak bisa di perlakukan seperti ini.
Baru saja aku akan bersuara dia sudah memotong
ucapanku, ―Tidak usah membantah, cukup diam dan
patuhi,‖ aku menghela napas kasar.
Seminggu telah berlalu, aku tidak bisa seperti ini,
banyak orang di luar sana yang membutuhkan ilmuku. Aku
harus tetap mengajar, harus. Dengan hati-hati aku keluar
rumah. Revano sudah menyewa pembantu rumah tangga
sekaligus mata-mata untuk mengawasiku.
Walaupun sudah berjalan seperti maling tetap saja
Kokom melihatku dan dia bertanya, ―Nyonya mau
kemana?‖
Aku menjawab dengan nada yang biasa supaya dia
yakin, ―Aku ingin ke makam ibuku, aku merindukannya,‖
awalnya dia tidak percaya, tapi setelah aku yakinkan, dia
pun percaya.
Aku menunggu taksi di depan rumah yang akan
mengantarkanku ke tujuan. Tujuan pertamaku adalah
salah satu panti asuhan yang terletak di pinggiran Kota
Jogja, dulu saat aku masih SMA, aku sering ke sini
bersama ibu untuk sekadar berkunjung dan memberikan
sedikit bantuan untuk adik-adik.
Saat aku memasuki halaman panti, anak-anak kecil
berlari menyerbu dan memelukku dengan kasih sayang,
45
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

