Page 63 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 63
***
Sebulan sebelum aksi demonstrasi, kehidupan kampus
Masih dengan adat istiadatnya. Begitu pun Nobhi dan Nawfal.
Kegiatan kuliah, orgaisasi, kembali menyibukkan mereka.
Meski mereka sering bertemu dan berkegiatan bersama,
jurusan yang berbeda membuat mereka tidak bisa setiap hari
bertemu dan mengobrol. Hingga pagi itu, Nobhi yang Masih
asyik ber-surfing dengan internet di sekretariat, didatangi
Ramli, seorang mahasiswa dari forum aliansi mahasiswa
kampus.
―Halo Mbak Bhi, Mas Nawfal kemana, ya? Aku dapet
titipan dari Mas Aji buat Mas Nawfal, dari kemarin kok gak
lihat dia di sekretariat. Ke jurusan pun dia gak kelihatan.‖
―Lho, aku juga kurang tahu, Ram. Seminggu ini aku
juga belum ketemu dia. Atau titipannya kasih ke aka.
Barangkali tiba-tiba Mas Nawfal dateng ke sini. Atau
terserah kamu juga sih, Ram.‖
―Gimana ya, Mbak. Aku titip Mbak Bhi aja ya, biar
aku juga gak petak umpet sama Mas Nawfal.‖ Ramli
memberikan sebuah amplop cokelat kepada Nobhi.
―Iya Ram. Oh ya, titi salam buat Mas Aji, sampaikan
maaf belum bisa memenuhi undangan darinya. Masih banyak
tugas negara menanti. Hahaha..‖
―Iya, Mbak. Nanti tak sampaikan ke Mas Aji. Oh ya,
Mas Aji kan juga nyariin kamu terus, Mbak. Hahaha.. Udah
lah aku pergi dulu. Bisa-bisa dihajar Mas Aji kalo kelamaan
deket sama Mbak Bhi.‖
54
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

