Page 65 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 65
―Tuh kan selalu begitu. Setiap aku bahas Mas Aji,
kamu selalu diem.‖
―Udahlah, apa isinya. Dan ini, aku ada undangan aliansi
mahasiswa lagi membahas mengenai kebijakan pabrik di
Kendeng itu. Surat baru sampai emailku kemarin,‖ ia
mengalihkan pembicaraan adalah cara yang efektif dilakukan.
―Kapan?‖
―Masih sekitar dua atau tiga minggu kedepan. Masih
dalam pengawalan juga. Memangnya kenapa dengan minggu
depan?‖
―Ini ada undangan konsolidasi badan eksekutif
mahasiswa seluruh Indonesia. Untuk kali ini aku mohon kamu
ikut dan bisa. Bukan Mas Aji yang minta, tapi aku yang minta.‖
―Tapi, tugasku..‖
―Alah, diurus nanti. Aku anggap kamu setuju. Siap-
siap dan Jumat kita berangkat.‖
Seperti biasa. jika Nawfal sudah berkata demikian
akan sulit jika ditentang. Hatinya tidak pernah bisa menolak
jika itu keluar dari bibir manusia unik satu itu. Semuanya
adalah seperti sebuah keharusan yang niscaya. Percaya atau
tidak, itu urusan pribadi masing-masing.
Jumat tiba dengan lekas. Beberapa orang sudah
berkumpul menggunakan almamater lengkap dengan slayer
terikat kencang di lengan. Semua bersiap dengan sepeda
motornya, begitu pun Nobhi dan Nawfal. Hari itu mereka
akan berangkat menuju ibukota untuk bertemu dengan
56
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

