Page 69 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 69
Hanya gelengan kepala dan senyum yang Nawfal
terima sebagai jawaban. Hatinya kembali bergejolak. Nawfal
kembali diam, Nobhi juga. Suasana kembali sepi. Disudut lain,
ada mata yang mengawasi dalam gelap. Matanya tajam dan
menatap kesana. Sepasang mata itu adalah Aji.
***
Hari yang ditentukan tiba. Demonstrasi sudah tidak
dapat ditunda lagi. Spanduk-spanduk besar telah disiapkan.
Poster-poster tuntutan telah diangkat. Mahasiswa sudah
berkumpul dengan alamamaternya. Nobhi dan Nawfal berdiri
berdampingan. Aji tak jauh dari sana. Dilihatnya kedua
sahabat itu, keduanya memang tidak bisa dipisahkan.
Sungguh, bukan hanya Aji, mahasiswa lain yang sudah lama
mengenal mereka pun akan berkata demikian. Tatapan Aji
bertemu dengan Nawfal yang ternyata juga melihat ke
arahnya. Tidak ada yang pernah bisa mengartikan tatapan itu.
Nobhi sendiri pun tidak memperhatika itu. Truk-truk sudah
siap, mahasiswa mulai menaikan spanduk-spanduk dan
keperluan lain. Truk berangkat menuju titik kumpul dan akan
dilanjutkan dengan long march menuju sebuah gedung
bersejarah yang dihuni oleh tujuan demonstrasi.
Tiba di tempat, Nobhi segera membagikan kertas
berisi lagu-lagu perjuangan dan ikat kepala merah putih.
Tepat saat ia menjulurkan kepada Aji, ia berhenti. Aji hanya
tersenyum melihat Nobhi.
―Kamu sengaja menghidar untuk tidak bertemu aku
atau apa, Bhi?‖ akhirnya Aji bersuara.
60
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

