Page 66 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
        P. 66
     teman-teman  sesama  badan  eksekutif  mahasiswa  seluruh
               Indonesia.
                      Kurang  lebih  delapan  jam  perjalanan  hingga  akhirnya
               mereka  memasuki  ibukota.  Ingar  bingar  ibukota  menjadi
               sebuah  pemandangan  tak  terelakan.  Cukup  menunggu  dua
               setengah  jam,  mereka  tiba  di  tujuan.  Sebuah  perguruan
               tinggi  ternama  menjadi  tuan  rumah.  Memasuki  gedung,
               bertemu  dengan  aliansi  mahasiswa  lain  yang  sudah  akrab
               dengan  mereka.  Beberapa  saling  sapa  dan  –bahkan-
               berangkulan.
                      ―Kalian  berdua  memang  tidak  terpisahkan,  ya.  Satu
               orator  ulung,  satu  lagi  negosiator    ulung.  Cocok  lah  kalian.
               Hahaha..‖  beberapa  teman  berkelakar  melihat  Nobhi  dan
               Nawfal.
                      ―Kita memang cocok, tapi gak mungkin lah Nobhi suka
               aku, dia paling suka dengan orang-orang sekelas Mas Aji. Iya
               kan,  Bhi?‖  sebenarnya  Nawfal  hanya  bercanda.  Hanya  saja,
               Nobhi tidak sedang ingin bercanda mengenai itu. Ada bagain
               darinya  yang  justru  pilu  mendengar  itu.  Andai  dia  tahu,
               batinnya.
                      ―Terserah.‖ Nobhi langsung pergi dan tanpa ba  bi  bu
               lagi Nawfal mengejarnya. Tak sengaja hampir menabrak Mas
               Aji, Nobhi tertegun.
                      ―Hai Bhi, kamu datang juga,‖ sungguh kikuk. Berusaha
               menghindar sejauh apapun, nyatanya kehidupan tetap
               mengizinkan raga ini bertata muka.
                                                         57
                        Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU





