Page 89 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 89
memelukku,aku mencoba meraba dada ayahku. Semakin aku
terkejut ketika kudapati payudara yang ditutupi dengan kaos
oblong dan seperti ikatan semacam kain yang digunakan untuk
menahan sesuatu. Ayahpun terkejut,mukanya pucat dia tak
mampu berkata-kata hanya air mata yang mengalir dari
matanya yang menjawab pertanyaanku. Berarti selama ini
yang ku anggap sebagai ayah bukanlah ayahku melainkan ibuku
yang berubah menjadi pria. Aku tak tau mengapa ibu tega
membohongiku selama 12 tahun ini? Apa yang sedang ibu
pikirkan?
Aku lari dari rumah menuju rumah Nek Irah, ibu tak
mengejarku. Mungkin dia masih syok setelah aku dorong
tubuhnya yang tengah memeluk tubuhku. Aku menghapus air
mataku dan mengetuk pintu kayu yang mulai rapuh itu.
Namun, tak ada jawaban dari dalam tak biasanya Nek Irah
pergi jam segini. Apa lagi ini sudah hampir larut malam. Aku
mencoba melewati pintu belakang rumahnya yang benar saja
tak terkunci. Ku buka pintu itu dan memanggil Nek Irah.
Kudapati tubuh Nek Irah tekulai lemas di tanah. Badannya
sangat dingin. Aku langsung berteriak dan seketika penduduk
datang ke rumah Nek Irah. Sebagian membantu menggotong
tubuhnya dan menaikan ke becak,dan salah satunya mencoba
menghubungi anaknya yang ada di Surabaya. Aku ikut naik
becak untuk menemani Nek Irah ke klinik dekat rumah.
―Nek,bangunlah!! Kumohon bertahanlah,‖
kataku sambil memeluk erat tubuhnya yang kurus itu.
80
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

