Page 90 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 90
Sesampainya di klinik nenek ditangani oleh beberapa
perawat,mereka memintaku untuk menunggu di ruang tunggu.
Beberapa tetangga menemaniku dan menenangkanku,dan
masih saja mereka berusaha mengubungi putra Nek Irah
yang sedari tadi tak kunjung menjawab. Aku sangatkhawatir
dengan keadaan Nek Irah yang belum sadar.
Beberapa saat kemudian ayah, maksudku ibu datang ke
klinik. Dia terlihat sangat tegar dan menutupi kesedihannya.
Tapi terpancar betul dari sorot matanya yang penuh rasa
bersalah. Aku tak ingin menatap ataupun bicara dengannya,
dialah yang mengajarkanku arti kejujuran, mengapa dia juga
yang mengkhianati makna kejujuran itu. Aku benci dengan
dia, dia kini bukan superhero lagi, tapi monster yang
berwujud malaikat.
Ibu mendekatiku setelah tetangga sudah pulang
hingga yang tersisa hanya kami berdua diruang tunggu itu,ibu
memohon maaf padaku,ku palingkan wajahku darinya. Aku
sangat jijik dengannya, dirinya begitu menggelikan di mataku.
―Maafkan ibu, Nak.‖ katanya sambil menangis dan
berlutut di hadapanku.
Aku hanya diam tak memperdulikannya seakan tak ada dia di
hadapanku. Sesekali aku berusaha melepaskan genggaman
tangnganya yang dulu tak ingin ku lepas.
―Ini ibu, Nak. Dulu kau bilang kau ingin kenal ibumu,
kan?‖ katanya sambil membujukku.
81
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

