Page 97 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 97
―Sri, apa kau tak mau mendengar ceritaku tentang
Mas Rio?‖
Sri hanya menggelengkan kepala, tanpa membuka mulutnya.
―Ayolah Sri, apa kau benar-benar sudah melupakan
dia? Bukannya kau ingin menjadi permaisurinya? Apa kau tak
ingin dia mendekatimu? Apa kau tak ingin…‖
―Hindun!‖
―I…iya Sri,‖ Aku tersentak dan menganga dengan
teriakan Sri.
―Cepat bicara, apa yang kau tau,‖ sambil berbisik.
Aku hanya tertawa. Ternyata jurus ini masih ampuh untuk
menaklukkan Sri. Padahal aku tak tahu akan bercerita apa
tentang Mas Rio. Aku hanya berpapasan dengannya dua hari
lalu. Tak ada kejadian istimewa saat itu. Hanya menyapa
‗selamat pagi‘ dan tak lebih dari itu.
―Ndun, itu kesempatan yang luar biasa. Kau bisa menyapa
Mas Rio. Memangnya siapa yang tak bahagia bisa menyapa
pangeran,‖ sambil tersipu kegirangan.
Memang begitu tingkah Sri yang selalu senang
membicarakan Mas Rio. Laki-laki tampan yang telah bekerja
di kota. Dia tinggal di desa sebelah. Tingkah Sri sangat
berbeda dengan Sari. Dia gadis yang selalu anggun dan tak
banyak bicara. Tapi keduanya sahabatku, karena tak ada yang
mau berteman dengan gadis kere sepertiku. Aku tak punya
buku pelajaran, yang ku pegang sekarang adalah buku bekas.
Bukan buku yang masih kekar sampulnya. Peduli apa Aku ini,
lagi pula tak ada guru yang memprotesnya.
88
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

