Page 98 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 98
***
Kerajaan dongeng sudah berakhir. Tinggalah gubuk surga
yang ada di depan mata. Nampak luar ini adalah gubuk, namun
sebenarnya ini surga. Tak henti anak-anak dan ibu-ibu silih
berganti untuk belajar mengaji pada Emak. Tak ada pungutan
biaya baginya. Prisipnya hanya ingin berbagi ilmu. Namun tak
jarang, banyak yang memberikan uang dan sembako. Mungkin
ini yang namanya rezeki yang Allah janjikan bagi hambanya
yang ikhlas berbagi.
Siang ini aku harus menanak nasi. Usiaku tak menggambarkan
jika aku anak SMA kelas XII yang selalu menggantungkan
hidup pada orang tua. Aku dewasa karena keadaan yang
melatihku untuk selalu berusaha. Nampaknya karung beras
sudah ditinggal pergi penghuninya. Akan ku tanyakan pada
Emak, mungkin dia menaruhnya di tempat lain.
―Mak, karung beras di belakang sudah kosong. Apa Emak
menaruhnya di tempat lain?‖
―I…iya, Nak. Emak lupa,‖ Emak menjawab dengan terbata-
bata.
Sepertinya akan terulang lagi. Malam ini akan cepat malam
karena tanpa nasi. Tradisinya jika tak ada nasi, maka tidur
semakin cepat-agar rasa lapar cepat padam bersama
hadirnya mimpi makan enak. Itu saja sudah kenyang meskipun
tak nyata.
Bapak sudah pulang dari sawah. Waktunya Aku
menyediakan segelas teh hangat tanpa sepiring nasi. Bapak
lalu duduk di kursi beranda sambil melemaskan kaki. Tak
89
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

