Page 11 - Evam Bhavatu
P. 11
Dan aku tersadar akan kebiasaan lamamu yang jika resah
menggigit kuku hingga berdarah.
Kami pun berjalan pulang.
Saat malam hari, aku melihat Quirino yang membaca koran di
kursi. Aku pun pergi tidur di Kasur
“Qu-quirino, me-menga-mengapa ka-kamu tidak men-men-
cerai-kan ku ?” Tanya ku takut takut. Karena aku mengira saat
pulang dia akan langsung menceraikanku
Wajah Quirino langsung menegang dan dia berjalan dengan
cepat ke arah kasur. Wajahnya Terlihat sangat gelap dan
menyeramkan. Bahkan urat uratnya terlihat di seluruh badannya.
Terutama tangan dan wajahnya. Dia mencengkram tangan ku
kasar
“APAKAH KAMU DEKAT DENGAN BAJINGAN LAIN DAN MERASA
NYAMAN DENGANNYA?!” Tanyanya dengan berteriak
“Ti-tidak” ucapku lirih gemetar hebat dan berusaha melepaskan
cengkraman kuat di tanganku
“LALU MENGAPA KAMU INGIN BERCERAI?” Tanyanya marah
“Bu-bukan-kah kamu di-dibe-rikan s-surat la-lamaran o-oleh ka-
kaisar de Hilda? Ka-kamu pasti le-lebih co-cocok de-dengan
agnes.” Ucapku menunduk takut melihat wajah quirino yang
terlihat sangat menyeramkan
Quirino mengangkat wajahku dan menggigit pipi ku sambil
menggendongku ke kasur. Dia membaringkan ku dan
memelukku
Evam Bhavatu 7