Page 54 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 54

46 | Islamic Theology

           pada hak Allah dalam makna Dzat-Nya, artinya Hakekat-Nya; bukan

           dalam makna raga, tubuh atau fisik). Kata “Sâq”  dalam makna “nafs”
           ini  seperti  perkataan  sahabat  Ali  ibn  Abi  Thalib  saat  beliau
           memerangi kaum Khawarij:
                                                                  ُ ّ
                                            قا ي    ِ    ذ     ؾ  َ َ ْ َ    هت   م     و   ىل     ج   ٟل  ِ    بعا  ْ ُ َ َ ْ َ ْ  ِ    ض     م   ً     م   د    ب لا
                 [Artinya:  “Saya  pasti  memerangi  mereka  (kaum
                 Khawarij) sekalipun harus hancur raga (tubuh dan fisik)
                 saya”].
           Adapun kata “Sâq”  dalam makna “nafs”  pada hak Allah adalah dalam
           pengertian Dzat-Nya (Hakekat-Nya). Dengan demikian maka makna
           ayat  dalam  QS.  Al-Qalam:  42  di  atas  adalah  bahwa  kelak  di  hari
           kiamat Dzat Allah akan dilihat [oleh orang-orang mukmin penduduk
           surga dengan tanpa tempat, tanpa arah, dan tanpa disifati dengan
           sifat-sifat  benda].  Dalam  makna  ini  sesuai  dengan  sebuah  hadits
           diriwayatkan  dari  sahabat  Abu  Musa  al-Asy„ari  bahwa  Rasulullah
           bersabda:
                                                         ْ
                                              ُ
                                        َ
                                            ْ
                                                      َ ُ
                              َ ّ
                    ِلله ن  ْ  ِ  َ ُْ  َ    ل     ٞ   ُ   س   غ   و    حو  َ ّ      ٖ   ؼ      الله ى   لئ ن   وغ   ٓى َ  َ      ٞ   ُ    با   جد   لا   َ  ُ      ل   ه م    ٠   ك  ْ َ ُ َ    ً   ٨ ُ
                                    ِ
                                       ْ
                                                       ْ
                                               ُ
                                                                    ُ ّ ً
                 ن     غ   ٍ   ض   و    ً غ   ٣ َ َ ُ ْ ُ ْ      بلا  ي ص اُ  َ  ُ  ُ َ َ  ِ    م     م   ث   ل     ن  ْ  َ   هعى   ه ُ    ْ   ِ    ى   ما     ف ي  َ ٌ    ٢أ     ٍو    ب   ٣ ى  َ ْ    ج   ض ا    س
                                           ِ
                                                                  ّ ُ َ
                                                         َ ْ
                              َ ْ َ ُ
                                                    ْ ُ
                        ٖ   ً      ٠   ك  ْ َ ُ َ ْ    ى   م     ً   ٨    ً( ى   لاٗ   ح ه  ْ      ى٢   ل    ٪لظٞ ،نى   ٗ   ُُخ   ؿ   ٌ لاٞ     صى   ج   سلا
                                                          َ َ
                                           َ ْ َ
                                                    ّ ُ ْ
                                                                    َ
                                      ْ ُ ْ
                                   )ن    ٗ   ى    ُُ    ؿ   خ    ٌ لاٞ    ج   ى  ص    سلا ى  َ ُ ْ َ ْ    ١ا     و   ٍ   ض   ٖ   ى   ن     لئ  ٍ    ؾ
                 [Artinya: “Nanti hijab akan dibuka bagi mereka, maka

                 mereka akan melihat kepada Allah, maka mereka turun
                 bersujud.  Tersisa  beberapa  kaum  yang  di  pundak
                 mereka  terdapat  semacam  punuk-punuk  sapi.  Mereka
                 hendak  sujud  namun  mereka  tidak  mampu
                 melakukannya. Peristiwa itulah yang dimaksud dengan
                 firman Allah: “ لاٞ صىجسلا ىلئ نىٖضٍو ١اؾ ًٖ ٠ك٨ً مىً
                   نىُُٗخؿٌ”,  artinya:  “Di  hari  itu  akan  diangkat  segala
                 kesulitan dan kesusahan yang sangat dahsyat, mereka
                 diseru  untuk  sujud  namun  mereka  tidak  mampu
                 melakukannya”].
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59