Page 57 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 57

Islamic Theology  | 49
                                               َ
                                     ً ّ ُ ُ  َ  ْ ّ َ  َ ْ  ْ  َ  َ  َ  َ َ َ َ َ ْ
                       )    411  :٠ؾىً (  اضجس هل اوغزو  ف    ٗ   غ    لا ى  ِ    و   ع   ٞ   ٘     بأ   ى   ٍ   ه     ٖ   ل
                 [Maknanya:  “Dan  Nabi  Yusuf  menaikan  kedua  ibu
                 bapaknya (Nabi Ya„qub) ke atas arsy (singgasana), dan
                 mereka  semua  turun  baginya  bersujud]”  (QS.  Yusuf:
                 100)
           Juga dalam firman-Nya tentang perkataan Nabi Sulaiman:
                                                           َ ْ
                                                                َ َ
                                                              َ ّ
                                             َ ْ َ
                              )    85  :لمىلا  ِ    غ   ق   ه ( ا    ٗب ي  ِ ِ  ُ    ًأ   ٨   م     ً   جأ   ُ   ن  ّ ْ َ ْ   لأتهإا اهيأا   ً ٫ا٢ َ
                 [Maknanya: “Nabi Sulaiman berkata: Wahai pembesar-
                 pembesar  siapakah  di  antara  kalian  yang  dapat
                 mendatangkan  arsy-nya  kepadaku?  (yang  dimaksud
                 mendatangkan singgasana Ratu Bilqis)]”. (QS. An-Naml:
                 38 ).
                                         “
                  Ketahuilah, kata Istawâ يىخؾا” dalam bahasa Arab memiliki
           berbagai macam arti, di antaranya bermakna I„tadala  “٫ضخٖا”; artinya
           “sama  sepadan”.  Dalam  makna  ini  sebagian  kabilah  Bani  Tamim
           berkata:
                                                            َ
                                                                  ْ َ َ
                                                      َ ْ َ َ
                                            ْ ُ    ٓ   ل   ى   م      َ ْ ْ ُ    ك   ح   ر   ة     و   تهإا  ِ ِ    ٗلا    م   ُ    لاْ ي    خ   ى    ؾا   ٞ َ
                                                           ِ
                 [Artinya  “Menjadi  sama  antara  orang  yang  zalim  dari
                 kaum  tersebut  dengan  orang  yang  dizaliminya”.  Kata
                 Istawâ  dalam bait sya„ir ini artinya “sama sepadan”].
                                                               ّ


                  Kata  Istawâ dapat  pula  bermakna  tamma “ مج”  ;  artinya
           sempurna. Dalam makna ini seperti firman Allah tentang Nabi Musa:
                                                              َ
                                    ْ
                                          ْ
                                      َ ً ُ ُ َ ْ َ
                                   ً
                     )    41  :وه٣لا( املٖو ام٨خ هاىِجاء َ    خ   ى   ي      ؾا  َ  ّ َ َ َ ُ َّ ُ َ ْ َ َ    و   تهإ   ب ا   ل   ٜ     أ   ق   ض   ه     و  َ
                                     ِ
                 [“Ketika dia (Nabi Musa) telah mencapai kekuatannya
                 dan  telah  sempurna  Kami  (Allah)  berikan  kepadanya
                 kenabian dan ilmu”]. (QS. Al-Qashash: 14).
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62