Page 62 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 62

54 | Islamic Theology

           tempat tersebut.  Sesungguhnya Allah tidak disifati dengan dengan
           gerak  (al-Harakah),  diam  (as-Sukûn),  berkumpul  (al-Ijtimâ„),  dan
                             .
           berpisah (al-Iftirâq)
                  Kemudian pula; sesuatu yang bersampingan dengan tempat
                                                              maka pastilah
           (at-Tajâwur)  dan berjauhan dari tempat (at-Tabâyun)
           sesuatu tersebut sebagai benda yang memiliki bentuk  dan ukuran.
           Dan  sesuatu  yang  memiliki  bentuk  dan  ukuran  maka  mestilah  ia
           membutuhkan  kepada  yang  menjadikannya  dalam  bentuk  dan
           ukurannya tersebut.
                  Kemudian  pula; tidak  boleh  dikatakan  bagi  Allah  di  dalam
           alam,  juga  tidak  dikatakan  di  luar  alam  ini,  karena  pengertian  di
           dalam (Dâkhil)  dan di luar (Khârij)  hanya berlaku bagi segala benda
           yang memiliki tempat dan arah. Pengertian di dalam (dâkhil)  dan di


           luar (khârij) sama dengan gerak (al-harakah) dan diam (as-sukûn);
           semua  itu  adalah  sifat-sifat  benda  yang  khusus  hanya  tetap  dan
           berlaku pada benda-benda”.
                  Adapun perkataan mereka: “Allah menciptakan segala tempat
           di luar diri-Nya”; ini berarti dalam keyakinan sesat mereka bahwa
           Allah terpisah dari tempat-tempat tersebut dan dari seluruh alam ini.
           Kita  katakan  kepada  mereka:  “Dzat  Allah  maha  suci;  Dzat  Allah
           bukan  benda,  tidak  dikatakan  bagi-Nya;  Dia  menciptakan  sesuatu
           [dari  makhluk-Nya]  di  dalam  Dzat-Nya,  juga  tidak  dikatakan  Dia
           menciptakan  sesuatu  di  luar  Dzat-Nya.  Dzat  Allah  tidak  menyatu
           dengan sesuatu apapun, dan tidak ada suatu apapun yang menyatu
           dengan Dzat Allah”.
                  Sesungguhnya dasar keyakinan sesat mereka adalah karena
           mereka berangkat dari pemahaman indrawi tentang Allah [mereka
           berkeyakinan  seakan  Allah  sebagai  benda],  karena  itulah  ada  dari
           sebagian mereka berkata: “Mengapa Allah bertempat di arsy? Adalah
           karena arsy sebagai benda yang paling dekat dengan-Nya”.
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67