Page 66 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 66
58 | Islamic Theology
[artinya bahwa Rasulullah kembali ke tempatnya semula saat beliau
menerima wahyu, dan di tempat itulah beliau berdoa kepada Allah
agar diringankan perintah shalat atas umatnya].
Semakna dengan pemahaman hadits ini; hadits lainnya yang
berbunyi:
َ
ْ َ َ ْ ُ َ
َ ّ َ ُ َ
عا ه ِ ص ي ِ ه ى ف و ي ب ع ىل خ طأ ه ذ ٖ ؾا ٞ َ )لُ٢(
[Makna literal riwayat ini tidak boleh kita ambil,
mengatakan: “Aku meminta izin kepada Tuhanku, dan
Dia sedang berada di rumah-Nya”. Makna literalnya
seakan menetapkan tempat bagi Allah].
Bukan maksud hadits ini bahwa Allah bertempat di sebuah rumah,
tetapi yang dimaksud adalah rumah atau tempat tinggal yang
dimuliakan oleh Allah bagi para wali-Nya. [Ini yang dimasud dengan
Idlâfah at-Tasyrîf, al-Imâm al-Baihaqi dalam kitab al-Asma„ Wa ash-
Sihfat mempertegas bahwa yang dimaksud adalah surga]. [Anehnya]
Bahkan al-Qâdlî
Abu Ya„la sendiri dalam kitabnya yang berjudul al-
Mu„tamad telah menetapkan bahwa Allah tidak disifati dengan
tempat.
[Ayat Pertama]:
Di antara ayat-ayat al-Qur„an yang seringkali disalahpahami
oleh kaum Mujassimah adalah firman Allah:
ْ ُ ْ َ ْ
ّ َ
) 43 :٪لتهإا( ءا م ؿلا ي ِ خ م م ً ف ىمأأ
[Makna literal ayat ini tidak boleh kita ambil, makna
literalnya mengatakan seakan Allah berada di langit:
“Adakah kalian merasa aman terhadap yang ada di
langit?”].