Page 69 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 69
Islamic Theology | 61
ruh tersebut dibagikan kepada Nabi Isa saat menciptakannya]. Para
ahli tafsir berkata: “Yang dimaksud “Min Rûhinâ” , “اىخوع ًم” adalah
“Min Rahmatinâ”, “اىخمخع ًم”. Artinya bahwa Allah memberikan
rahmat dan kemuliaan bagi Nabi Isa. Adapun penyebutan kata “حوع”
dalam ayat tersebut dengan disandarkan kepada Allah (yaitu kepada
zhamîr “اه”) adalah karena kejadian peristiwa tersebut (penciptaan
Nabi Isa) dengan perintah Allah.
[Ayat Ke Empat]:
Di antara ayat lainnya, firman Allah:
َ
ْ
َ ُ ْ ُ
) 24 :باؼخبمأ( الله نوطإً
[Ayat ini tidak boleh dipahami dalam makna literalnya
yang seakan bahwa Allah disakiti atau diperangi].
[Makna ayat ini bukan artinya Allah yang disakiti, oleh karena
siapakah yang dapat mengalahkan Allah?], tetapi yang dimaksud
dengan “الله نوطإً” dalam ayat ini adalah dalam makna: “Yu-dzûna
Awliyâ-ahu”, “هئاُلوأ نوطإً” ; artinya yang disakiti di sini adalah para
wali Allah. Contoh penggunaan bahasa seperti ini seperti dalam ayat
lainnya dalam QS. Yusuf: 82, Firman Allah:
َ ْ
ْ َ
َ ْ
) 59 :٠ؾىً( تٍغ٣لا ٫أؾاو
[Makna literal ayat ini: “Bertanyalah ke kampung!!”].
Firman Allah ini bukan artinya: “Bertanyalah ke kampung!!”,
[Bagaimana mungkin kampung akan berkata-kata]. Tetapi yang
dimaksud adalah: “Bertanyalah kepada penduduk kampung
tersebut”.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: ُ
ُ َ َ
ُْ ٌ ٌ َ َ ٌ ُ
ُ ّ
هبدهو اىبدً لبح ضخأ
ِ
ِ