Page 68 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 68

60 | Islamic Theology


                  Sementara Ibnu Hamid al-Mujassim berkata: “Kita beriman
           bahwa Allah memiliki pinggang dengan dasar ayat ini”.

                  Apa  yang  dinyatakan  Ibnu  Hamid  ini  sangat  aneh  dan
           menggerankan,  betul-betul  tanpa  akal  sehat.  Padahal  makna  at-

           Tafrîth (kelalaian)  ini  tidak  pernah  terjadi  pada  “Janb” (makna

           pinggang; anggota badan) yang ada pada makhluk, lalu dari mana ia

           menetapkan bagi Allah makna “al-Janb” sebagai makna “pinggang”
           dan bahkan menetapkan at-tafrîth  (kelalaian) bagi makna tersebut?!
                  Dalam sebuah syair, Tsa„labah berkata:   ْ ُ      َ
                                               َ ْ
                                                  ِ
                                              ِ   ى   ب ي      ح ي   ف الله ا َ    طا   ٦   غ    و ا َ َ  ْ ْ  ِ ِ ِ    ز   ل   ُ   ل   ي     ٦   ٟ
                 [Maknanya:     “Wahai     kekasihku,     hentikanlah
                 [ratapanmu],  dan  sebutlah  nama  Allah  dengan
                 perintahku”].

           Makna kata “يبىح يف” dalam bait sya„ir ini adalah “  يغمأ يف”; artinya
           “Dengan perintahku” atau “Aku perintahkan kepadamu”. Bait sya„ir
           tersebut bukan bermakna: “Sebutlah nama Allah pada pinggangku”,
           [tentunya pemaknaan seperti ini menyesatkan].



           [Ayat Ke Tiga]:
                  Di antara ayat lainnya, firman Allah:
                                                                َ ْ َ َ َ
                                                   َ ْ ُ ْ
                                                             ْ
                                       )    64  :ءاُبهبمأ( اىخوع ًم ِ  ا    هيٞ اىسٟىٞ
                                                    ِ
                                                             ِ
                 [Makna  literal  ayat  ini  tidak  boleh  kita  ambil,  makna
                 literalnya  mengatakan:  “Maka  Kami  (Allah)  tiupkan
                 padanya  (Maryam)  dari  ruh  Kami”.  Makna  literal  ini
                 seakan  mengatakan  bahwa  Allah  adalah  ruh  yang
                 sebagian dari ruh tersebut adalah ruh Nabi Isa].
           [Makna ayat ini bukan seperti pemahaman sesat kaum Musyabbihah
           yang mengatakan bahwa Allah adalah ruh yang kemudian sebagian
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73