Page 71 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 71

Islamic Theology  | 63

           tidak  disifati  dengan  datang,  bergerak,  dan  ataupun  berpindah-
           pindah].

                  Demikian pula dengan firman Allah:
                                                  )    99  :غجٟلا(    ءا     ع   ب   ٪      و   ح َ َ َ َ ُْ َ

                 [Ayat ini tidak boleh dipahami dalam makna literalnya,
                 yang  mengatakan  seakan  Allah  datang;  bergerak  dan
                 pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain].
           [Kata  “Jâ„a”,  “ءاح”  pada  hak  Allah  dalam  ayat  ini  bukan  dalam
           pengertian datang, bergerak, dan atau berpindah dari satu tempat ke
                                Abu Ya„la sendiri telah meriwayatkan dari al-
           tampat lain]. Al-Qâdlî
           Imâm  Ahmad bin Hanbal bahwa ia (Ahmad) memaknai firman Allah
           QS. Al Baqarah: 210 “الله مهيجأ ً نأ” dengan mentakwilnya, bahwa al-
           Imâm Ahmad  berkata:  “Yang  dimaksud  ayat  ini  adalah  datangnya

           tanda-tanda  kekuasaan  Allah  dan  perintah-Nya  (هغمأو  هجعض٢)”.
                                Ahmad ini beliau simpulkan dari firman Allah
           Pemahaman al-Imâm
           sendiri  dalam  ayat  lainnya,  yaitu  “٪بع غمأ  يحأٍو”.  Tidak  hanya  itu,
           bahkan dalam kitab Taurat sekalipun dalam pemahaman “٪بع ءاحو”
           disebutkan  bahwa  yang  dimaksud  adalah  datangnya  tanda-tanda
           kekuasaan Allah.
                  Sementara  Ibnu  Hamid  al-Mujassim berkata:  “Pemahaman

           dengan takwil seperti itu adalah pemahaman yang salah. Yang benar
           adalah  bahwa  Allah  akan  turun  dengan  Dzat-Nya  dengan  cara
           berpindah”.
                  Aku (Ibnul Jawzi) berkata: “Ungkapan Ibnu Hamid ini jelas
           dalam  makna  indrawi.  Ungkapannya  ini  tidak  beda  dengan
           pembicaraan dalam masalah benda”.
                  Al-Imâm  Ibnu Aqil [salah seorang ulama Ahlussunnah dalam
           madzhab Hanbali] dalam menjelaskan firman Allah QS. Al Isra: 85
           “يبع غمأ ًم حوغلا ل٢”; [Katakan wahai Muhammad bahwa ruh itu
           adalah  urusan  Tuhanku],  berkata:  “Dengan  ayat  ini  Allah  telah
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76