Page 124 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 124

122  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah

            berkata kepadanya: “Apakah anak ini dari keluargamu?”, Abu Thalib
            menjawab: “Dia adalah anakku”, Buhaira berkata: “Tidak seharusnya
                                            192
            ayah anak ini dalam keadaan hidup” .
                    Dengan  dasar  ini  maka  penyebutan  Abu  Thalib  dengan
            “ayah”  oleh  Rasulullah  adalah  ungkapan  yang  biasa  dipergunakan
            saat itu, oleh karena Abu Thalib adalah paman Rasulullah yang telah
            memeliharanya  dan  mengasuhnya  dari  semenjak  kecil;  dialah  yang
            telah  menjaganya,  memenuhi  kebutuhannya,  dan  bahkan
            membelanya.

                    (Kedua); Ada sebuah hadits yang menyerupai pemahaman di
            atas,  --bahwa  yang  dimaksud  dalam  neraka  oleh  Rasulullah  adalah
            pamannya--;  yaitu  Abu  Thalib.  [Pemahaman  hadits  ini  menjelaskan
            hadits riwayat Muslim di atas], Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
            ath-Thabarani  dari  Ummu  Salamah,  bahwa  al-Harits  ibn  Hisyam
            mendatangi  Rasulullah  di  saat  Haji  Wada’  (haji  terakhir  yang
            dilakukan  oleh  Rasulullah  sebelum  wafat),  ia  (al-Harits)  berkata:
            “Wahai    Rasulullah,   engkau   telah   memerintahkan   untuk
            menyambung  tali  sillaturrahim,  berbuat  baik  kepada  tetangga,
            melindungi  anak-anak  yatim,  memberi  jamuan  kepada  para  tamu,
            memberi  makan  kepada  orang-orang  miskin;  sungguh  pekerjaan-
            pekerjaan  baik  semacam  ini  dahulu  dilakukan  oleh  Hisyam  ibn  al-
            Mughirah  (yaitu  ayahnya  sendiri),  lalu  bagaimana  pendapatmu
            tentang dia wahai Rasulullah?”, Rasulullah menjawab:











                  192  Peristiwa ini banyak diriwayatkan dalam hadits, lihat di antaranya Sunan
            at-Tirmidzi, hadits nomor 3620,  Mushannaf Ibn Abi Syaibah, 11/479, dan 14/286,
            ath-Thabari dalam Tarikh, 2/278, Abu Nu’aim dalam Dala-il an-Nubiwwah, h. 129, al-
            Hakim  dalam  al-Mustadrak,  2/616,  al-Baihaqi  dalam  Dala-il  an-Nubuwwah,  2/24,
            Ibnu Asakir dalam Tarikh, 1/372-374, dan Ibnu Hisyam dalam Sirah, 1/136-137.
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129