Page 131 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 131

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  129
            masuk atau belum) maka ia telah berdosa kepada Abul Qasim (Nabi
                         205
            Muhammad)” .  Lalu  juga  dalam  dua  kitab  Shahih  tersebut  telah
            disebutkan  bahwa  Rasulullah  bersabda:  “Janganlah  kalian
            mendahului  puasa  Ramadlan  dengan  satu  hari  atau  dua  hari
            berpuasa   sebelumnya” ,    sementara    engkau   berpendapat
                                   206
            membolehkan puasa pada hari tersebut. Pertanyaan yang sama lalu
            kita  ajukan:  Lantas  mengapa  engkau  menyalahi  hadits-hadits  yang
            nyata-nyata telah disebutkan dalam dua kitab Shahih?

                    Seandainya  musuh  kita  ini  berkata:  “Ada  beberapa  dalil
            (hadits) lain yang berbeda dengan hadits-hadits tersebut”, maka dari
            sini kita katakan kepadanya: “Demikian pula dengan hadits tentang
            kedua orang tua Rasulullah, ada dalil-dalil lain yang berbeda dengan
            hadits tersebut”.

                    Ini adalah pendekatan-pendekatan yang paling jelas dan logis
            agar  lebih  diterima  orang-orang  keras  kepala  dan  pembangkang  di
            masa  sekarang.  Kemudian  bila  ternyata  orang  yang  keras  kepala
            tersebut adalah seorang yang menulis hadits-hadits nabi, namun dia
            tidak  paham  masalah  fiqh;  maka  katakan  kepadanya:  “Para  ulama
            terdahulu  berkata:  Seorang  yang  memiliki  hadits  tetapi  tidak
            memahami  fiqh  maka  perumpamaannya  seperti  penjual  obat  yang
            tidak memahami masalah kedokteran, berbagai obat dapat diperoleh
            darinya,  namun  dia  sendiri  tidak  mengetahui  fungsi  obat  tersebut
            untuk penyakit apa.  Sebaliknya, orang yang memahami fiqh tetapi ia
            tidak  memiliki  hadits  maka  ia  seperti  seorang  dokter  yang  tidak
            memiliki  persediaan  obat,  ia  mengetahui  penyakit  dan  obatnya,
            namun ia tidak memiliki obat untuk penyakit tersebut”.

                    Al-Imam al-Hafizh as-Suyuthi berkata:



                  205  Lihat pula di antaranya Sunan at-Tirmidzi, hadits nomor 686, Shahih Ibn
            Hibban, hadits nomor 1656, Sunan Abi Dawud, nomor 2334, dan Shahih Ibn Hibban,
            nomor 1910.
                  206   Lihat  pula  di  antaranya  Shahih  Ibn  Hibban,  hadits  nomor  3458,  dari
            sahabat Hudzaifah ibn al-Yaman.
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136