Page 132 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 132
130 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
“Sementara aku (as-Suyuthi), -dan segala puji bagi Allah-
adalah orang yang telah memiliki dan kompeten dalam berbagai
disiplin ilmu; hadits, fiqh, Ushul, seluruh ilmu-ilmu (alat) dalam
bahasa Arab; Ma’ani, Bayan, dan lainnya. Karena itu, aku tahu betul
bagaimana seharusnya aku berbicara, bagaimana aku berpendapat,
bagaimana cara mengambil dalil (istidlal), bagaimana melakukan
tarjih (menguatkan satu pendapat di atas pendapat lain). Sementara
engkau, --wahai para pembangkang yang keras kepala, semoga Allah
memberikan taufik bagiku dan bagimu-- sama sekali tidak layak
untuk mencapai derajat tersebut, engkau tidak tahu fiqh, tidak tahu
ushul, dan tidak tahu sedikitpun ilmu-ilmu bahasa Arab. Padahal
berbicara masalah hadits dan tata cara mengambil dalil (istidlal)
darinya bukan perkara mudah. Sesungguhnya haram bagi siapapun
untuk berbicara masalah sebuah hadits bila dia tidak memiliki ilmu-
ilmu dan alat-alatnya. Cukup bagimu dalam menyikapi sebuah hadits
dengan mengatakan: “ada hadits menyebutkan demikian ini…
(warid)”, atau “tidak ada hadits yang menyebutkan demikian ini…
(ma warad), atau dengan mengatakan: “Hadits ini telah dishahihkan
oleh huffazh al-hadits”, atau “hadits ini dinyatakan hasan oleh
huffazh al-hadits”, atau “hadits ini dinyatakan dla’if oleh huffazh al-
hadits”. Sungguh tidak halal bagimu memberikan fatwa apapun,
kecuali sebatas itu. Sisanya tinggalkanlah, karena itu adalah tugas
para ahlinya.
“Janganlah engkau mengira bahwa kemuliaan itu seperti sebiji
kurma yang dengan mudah dapat engkau makan, sungguh engkau
tidak akan dapat meraih kemuliaan hingga engkau benar-benar telah
207
menelan pahit” .
Selanjutnya al-Hafizh as-Suyuthi berkata:
207 Masalik al-Hunfa, as-Suyuthi dalam al-Hawi Li al-Fatawi, 2/228-229

