Page 181 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 181

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  179
            dan selain mereka boleh mempermudah urusan sanad] yang lemah
            (dan   meriwayatkan    hadits   dla’if   –selain   maudlu’–   dan
            mengamalkannya tanpa perlu menjelaskan kelemahannya dalam hal
            selain sifat-sifat Allah) hal-hal yang ja-iz dan mustahil bagi Allah dan
            tafsir  al-Qur’an  (dan  Hukum-hukum  seperti  halal  dan  haram)  dan
            lainnya,  yaitu  seperti  kisah-kisah,  fadla-il  al-a’mal,  nasehat-nasehat
            dan  lainnya  (yang  tidak  berkaitan  dengan  keyakinan  akidah  dan
            hukum),  para  ulama  yang  menegaskan  hal  ini  adalah  Ibnu  Hanbal,
            Ibnu Mahdi dan Ibnul Mubarak, mereka berkata: Jika meriwayatkan
            hadits  tentang  halal  dan  haram  kita  perketat,  dan  jika  kita
            meriwayatkan  hadits  tentang  fadla-il  maka  dan  semacamnya  kami
            perlonggar.”

                    Al-Laknawi  menyatakan:  “Hendaklah  diketahui  bahwa  di
            antara para ulama yang menegaskan diterimanya hadits dla’if dalam
            fadla-il al-a’mal adalah Ahmad ibn Hanbal dan lainnya. Pendapat ini
            juga dipilih oleh jumlah yang sangat banyak dari kalangan para ahli
            hadits, dan ditegaskan oleh Ibnu Sayyid an-Nas dalam sirah-nya yang
            berjudul  ‘Uyun  al-Atsar,  Ali  al-Qari  dalam  al-Hazhzh  al-Awfar  fi  al-
            Hajj al-Akbar dan karyanya tentang hadits-hadits maudlu’, as-Suyuthi
            dalam risalah al-Maqamat as-Sundusiyyah, at-Ta’zhim Wa al-Minnah
            fi  Anna  Abaway  Rasulillah  fi  al-Jannah  dan  Thulu’  ats-Tsurayya  Bi
            Izhhari Ma Kana Khafiyya, as-Sakhawi dalam al-Qaul al-Badi’ fi ash-
            Shalat  ‘ala  al-Habib  asy-Syafi’,  al-‘Iraqi  dalam  Alfiyyah,  an-Nawawi
            dalam al-Adzkar dan at-Taqrib, Para Syurrah Alfiyyah al-‘Iraqi seperti
            as-Sakhawi, Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshari dan lainnya, al-Hafizh
            Ibnu  Hajar,  Ibnu  al-Humam  dalam  kitabnya  Tahrir  al-Ushul  dan
            Hasyiyah  al-Hidayah  yang  berjudul  Fath  al-Qadir,  dan  para  ulama
            lainnya sebelum dan sesudah mereka  275 ”

                    Al-Laknawi  juga  mengatakan:  “Dengan  penjelasan  ini
            nampaklah dengan jelas kesalahan pendapat yang dipilih oleh asy-
            Syawkani  dalam  karangan-karangannya  bahwa  hadits  dla’if  tidak


                  275  Zhafar al-Ama-ni, al-Laknawi, h. 229-230, al-Ajwibah al-Fadlilah, h. 36-
            53.
   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186