Page 182 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 182
180 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
diterima secara mutlak tanpa perincian dan tanpa pembatasan,
pendapat ini juga diikuti oleh seorang yang seringkali keliru yang
semasa dengan kami (Shiddiq Hasan Khan) dalam risalah Minhaj al-
Wushul fi Ishthilah Ahadits ar-Rasul, Ithaf an-Nubala’, Dalil ath-Thalib
dan lainnya. Keduanya adalah seburuk-buruk pengikut dan orang
yang diikuti. Lebih aneh lagi keduanya melarang shalat Tasbih
dengan klaim bahwa haditsnya dla’if bahkan maudlu’ seperti
disebutkan oleh Ibnul Jawzi, keduanya lupa dan lalai terhadap kritik
para ulama kepada Ibnul Jawzi, dan lalai terhadap penelitian dan
tanqih al-‘Iraqi, al-‘Asqalani, as-Suyuthi dan para kritikus hadits
lainnya, yang menilai hadits shalat Tasbih sebagai hadits sahih atau
276
hasan ”.
Sayyid ‘Alawi al-Maliki menyatakan: “Para ahli hadits dan
lainnya telah menyepakati bahwa hadits dla’if boleh diamalkan
dalam fadla-il al-a’mal, ini ditegaskan antara lain oleh Imam Ahmad
ibn Hanbal, Ibnul Mubarak, Sufyan ats-Tsawri dan Sufyan Ibnu
‘Uyainah, al ‘Anbari dan lainnya, diriwayatkan dari mereka bahwa
mereka berkata: Jika meriwayatkan hadits tentang halal dan haram
kita perketat, dan jika kita meriwayatkan hadits tentang fadla-il maka
kami perlonggar. Al-‘Allamah ar-Ramli dalam kumpulan fatwanya
berkata: “An-Nawawi dalam banyak karyanya telah menukil ijma’
tentang kebolehan mengamalkan hadits dla’if khusus dalam fadla-il
277
dan semacamnya ”.
Al-Muhaddits Syekh Abdullah al-Ghumari mengatakan: “Aku
jawab: Aku tidak menjelaskan sanad-sanad karena risalah Bidayah
as-Sul fi Tafdlil ar-Rasul berbicara tentang keutamaan dan
keistimewaan Nabi, hadits-hadits tersebut juga sudah didukung oleh
ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah yang sahih, apalagi di antara kaedah
276 Zhafar al-Amani, al-Laknawi, h. 237. Lebih jauh komentar al-Laknawi
tentang asy-Syawkani bisa dilihat dalam Zhafar al Amani, h. 502. Al Laknawi telah
menjelaskan secara tuntas tentang hadits Shalat Tasbih bahwa ia Sahih atau Hasan
dengan mengutip dari para huffazh al-hadits dalam al-Atsar al-Marfu’ah, h. 123-141.
Lihat juga Zhafar al-Amani, h. 454-455.
277 al-Manhal al-Lathif, Sayyid ‘Alawi al-Maliki, h. 251-252.

