Page 188 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 188
186 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
Pernyataan Para Ulama Tentang Kelonggaran Meriwayatkan Hadits
Dla’if dalam Fadla-il al-A’mal Dan Manaqib
Berikut ini beberapa pernyataan para ulama dan ahli hadits
tentang kelonggaran meriwayatkan hadits dla’if dalam Fadla-il al-
a’mal tanpa perlu menjelaskan kelemahannya. Perkataan-perkataan
para ulama dan ahli hadits yang akan disebutkan ini sekaligus
dipahami oleh para huffazh sebagai dasar yang membolehkan
beramal dengan hadits dla’if dalam fadla-il al-a’mal dan
semacamnya sebagaimana ditegaskan oleh an-Nawawi, as-Sakhawi,
294
as-Suyuthi, al-Laknawi, Sayyid ‘Alawi al-Maliki, al-Ghumari , al-
Harari dan lainnya.
(1). Sufyan ats-Tsawri berkata: “Janganlah kalian mengambil
ilmu ini dalam masalah Halal dan Haram kecuali dari para tokoh
besar yang dikenal dengan ilmu yang mengetahui adanya tambahan
dan kekurangan, jadi tidak mengapa dalam masalah-masalah selain
295
ini meriwayatkan dari Masyayikh” .
(2). Abdullah ibn al-Mubarak berkata: “Jika meriwayatkan
hadits tentang halal dan haram kita perketat, dan jika kita
meriwayatkan hadits tentang fadla-il dan semacamnya maka kami
296
perlonggar” .
(3). Abdur Rahman ibn Mahdi berkata: “Jika kita
meriwayatkan hadits dari Nabi tentang halal, haram dan hukum
maka kita perketat dalam sanad dan kita kritisi para perawi, dan jika
kita meriwayatkan hadits tentang fadla-il, pahala, siksa maka kami
297
permudah tentang sanad dan perlonggar tentang para perawi” .
Riwayat lain dari Abdur Rahman ibn Mahdi akan disebut dalam
pernyataan al Hakim di bawah.
294 Al-Hawi fi Fatawa al-Ghumari, 1/111-114
295 Al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah, al-Khathib al-Baghdadi, h. 134.
296 Tadrib ar-Rawi, as-Suyuthi, h. 258.
297 Fath al-Mughits, as-Sakhawi, h. 120 mengutip dari al-Baihaqi dalam al-
Madkhal.

