Page 190 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 190
188 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
a’mal. Telah ditegaskan oleh banyak para ulama salaf bahwa tidak
boleh meriwayatkan hadits-hadits yang berkaitan dengan Halal dan
Haram kecuali dari orang yang bersih dari tudingan, jauh dari sakwa
prasangka, sedangkan hadits-hadits tentang targhib, nasehat-
nasehat dan semacamnya maka boleh dicatat dari semua guru dan
perawi hadits” 302 .
(8). Ibnu Abdil Barr berkata: “Hadits-hadits tentang fadla-il
al-a’mal kita tidak membutuhkan tentangnya perawi yang bisa
menjadi hujjah 303 ”
(9). Ibnus-Shalah berkata: “(Ke dua): Menurut para ahli
hadits dan selain mereka boleh mempermudah urusan sanad dan
meriwayatkan segala macam hadits-hadits dla’if –selain maudlu’–
tanpa memperhatikan untuk menjelaskan kelemahannya dalam hal
selain sifat-sifat Allah, Hukum halal dan haram dan lainnya, yaitu
seperti nasehat-nasehat, kisah-kisah, fadla-il al-a’mal, segala macam
targhib dan tarhib, dan dalam semua hal yang tidak berkaitan
dengan hukum dan keyakinan akidah. Di antara para ahli hadits yang
kami riwayatkan dari mereka penegasan tentang memperlonggar
dalam hal-hal semacam ini adalah Abdur Rahman ibn Mahdi dan
Ahmad ibnu Hanbal –semoga Allah meridlai keduanya 304 ”.
(10). An-Nawawi dalam al-Irsyad mengatakan: “Menurut
para ahli hadits dan selain mereka boleh mempermudah urusan
sanad dan meriwayatkan hadits dla’if –selain maudlu’– tanpa perlu
menjelaskan kelemahannya. Dan Boleh Mengamalkan hadits Dla’if
dalam hal selain sifat-sifat Allah, Hukum halal dan haram dan lainnya,
yaitu dalam nasehat-nasehat, kisah-kisah, fadla-il al-a’mal, segala
302 al-Kifayah, al-Khathib al-Baghdadi, h. 133.
303 Fath al-Mughits, as-Sakhawi, h. 120. Al-Maqashid al-Hasanah, h. 464
304 Muqaddimah Ibnus-Shalah (Dicetak bersama at-Taqyid Wa al I-dlah karya
al-‘Iraqi), Ibnus-Shalah, h. 135-136.

