Page 192 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 192
190 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
(11). Al-‘Iraqi berkata: “Telah dikemukakan di depan bahwa
tidak boleh menyebutkan hadits Maudlu’ kecuali disertai penjelasan
tentang statusnya dalam masalah apapun, sedangkan selain maudlu’
maka para ahli hadits membolehkan mempermudah urusan sanad
dan meriwayatkannya tanpa menjelaskan kelemahannya jika
berbicara tentang selain hukum dan keyakinan akidah, melainkan
tentang targhib dan tarhib berupa nasehat-nasehat, kisah-kisah,
fadla-il al-a’mal dan semacamnya, sedangkan jika tentang hukum-
hukum syara’ seperti halal, haram dan lainnya atau tentang
keyakinan akidah seperti sifat-sifat Allah, apa yang boleh berlaku dan
mustahil berlaku bagi Allah dan semacamnya maka mereka tidak
memperbolehkan memperlonggar dalam masalah-masalah tersebut.
Di antara para imam dan ahli hadits yang menegaskan tentang hal ini
adalah Abdur Rahman ibn Mahdi, Ahmad ibnu Hanbal, Abdullah ibn
al-Mubarak dan lainnya. Ibnu ‘Adi dalam muqaddimah al-Kamil dan
al-Khathib dalam al-Kifayah telah menyusun bab khusus tentang hal
309
ini ”.
(12). Al-Laknawi sebelum mengutip pernyataan-pernyataan
para ulama dan ahli menyimpulkan: “Hendaklah diketahui bahwa
hukum dan selain hukum meskipun sama-sama membutuhkan sanad
dan yang tidak memiliki sanad tidak mu’tamad (diikuti), hanya saja di
antara keduanya ada perbedaan; yaitu dari sisi bahwa hadits-hadits
hukum tentang halal dan haram diperketat, dan dalam selain hukum
sanad yang dla’if diterima dengan syarat-syarat yang telah
310
ditegaskan oleh para ulama ”.
Faedah Penting: Makna Hadits “Man Haddatsa ‘Anni…”
Dalam sebuah hadits sahih Rasulullah bersabda:
309 Syarh Alfiyyah al-Hadits, al-‘Iraqi, h. 137.
310 al-Ajwibah al-Fadlilah, al-Laknawi, h. 36.

