Page 198 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 198

196  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah







                       Hadits Tentang Dihidupkan Kembali
                Kedua Orang Tua Rasulullah Adalah Hadits Dla’if
                             Yang Boleh Diriwayatkan

                    Al-Hafizh as-Suyuthi dalam risalah at-Ta’zhim Wa al Minnah
            fi  Anna  Abaway  Rasulillah  fi  al  Jannah  berkata:  “Saya  telah
            memfatwakan  bahwa  hadits  yang  diriwayatkan  bahwa  Allah
            menghidupkan  ibunda  Nabi  untuknya  bukanlah  hadits  maudlu’
            sebagaimana dinyatakan oleh sekelompok para ahli hadits melainkan
            termasuk  bagian hadits  dla’if  yang  bisa diriwayatkan  dalam  fadla-il
                    328
            al-a’mal” .
                    Al-Hafizh  as-Suyuthi  juga  mengatakan:  “Disimpulkan  dari
            penjelasan tentang hadits dihidupkannya orang tua Nabi bahwa para
            ulama  yang  menilainya  maudlu’  adalah  ad-Daraquthni,  al-Juzaqani,
            Ibnu  Nashir,  Ibnu  al-Jawzi  dan  Ibnu  Dihyah  dan  para  ulama  yang
            menilainya dla’if saja tidak maudlu’ adalah Ibnu Syahin, al-Khathib,
            Ibnu  ‘Asa-kir,  as-Suhayli,  al-Qurthubi,  al-Muhibb  ath-Thabari  dan
            Ibnu  Sayyid  an-Nas.  Kami  telah  menelaah  dan  berfikir  maka  kami
            temukan  ternyata  ‘illah-‘illah  dan  alasan-alasan  kelompok  pertama
            semuanya  tidak  berpengaruh,  sehingga  kami-pun  mengunggulkan
                                     329
            pendapat kelompok ke dua” .
                    Al-Hafizh as-Suyuthi dalam risalahnya yang lain al-Maqamah
            as-Sundusiyyah  fi  an-Nisbah  asy-Syarifah  al  Mushthafayyah

                  328   Lihat at-Ta’zhim Wa al-Minnah, Juga dikutip oleh al-Laknawi dalam kitab
            al Ajwibah al-Fadlilah, h. 38-39.
                  329   at-Ta’zhim Wa al-Minnah, Juga dikutip oleh al-Laknawi dalam Zhafar al
            Amani, h. 458-459.
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203