Page 202 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 202
200 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
Berikut ini adalah tulisan dari Syekh Ali Afandi ad-Daghistani
terkait dengan redaksi al-Fiqh al-Akbar dalam risalah beliau berjudul
Risalah Fi Itsbat an-Najat wa al-Iman Li Waliday Sayyid al-Akwan:
“Setelah penjelasan di atas bahwa kedua orang tua
Rasulullah mukmin [dan masuk ke dalam surga], lalu apa makna
perkataan Imam Agung Abu Hanifah dalam risalah al-Fiqh al-Akbar
bahwa kedua orang tua Rasulullah meninggal dalam keadaan kufur?
Aku katakan: (Pertama); bahwa penyandaran risalah ini kepada Imam
Abu Hanifah [sebagai karyanya] ada perbedaan perndapat di
kalangan ulama, karena proyek penulisan karya di masanya belum
335
populer dan belum banyak dikenal . Dan seandainya benar risalah
tersebut sebagai karya beliau maka dapat dipastikan ia tidak akan
mengatakan kedua orang tua Rasulullah meninggal kafir. Bagaimana
akan berkata demikian sementara itu adalah bukan perkara [pokok]
yang wajib diyakini? Padahal beliau tidak meninggalkan sedikitpun
bahasan perkara-perkara pokok masalah akidah dalam risalah-nya ini
kecuali semua itu telah ia bahas. Lalu penyebutan kedua orang tua
Rasulullah meninggal dalam keadaan kufur sama sekali tidak
mengandung pengagungan terhadap Rasulullah, bahkan itu
memberikan makna cacian dan hinaan.
Kemudian seandainya kita tetapkan bahwa risalah tersebut
benar adanya sebagai karya Imam Abu Hanifah maka kita katakan;
Ada kemungkinan redaksi dalam manuskrip asli telah mengalami
perubahan; dari yang semula “نيرفاك اتام ام” [menjadi “نيرفاك اتام”,
hilang kata “ام”], sebagaimana perubahan seperti itu terjadi pada
sebagian karya ulama di masa kita sekarang ini. Ada beberapa orang
335 Kebanyakan ulama telah menetapkan kebenaran risalah al-Fiqh al-Akbar
sebagai karya Imam Abu Hanifah. Ada beberapa riwayat sanad yang menetapkan
kebenaran tersebut, di antaranya yang kita kutip di atas dari risalah al-Kawtsari yang
berjudul “Kalimah ‘an al-Alim Wa al-Muta’allim wa Risalah Abi Hanifah Ila al-Batiyy
wa al-Fiqh al-Absath wa Ruwatuha”, Lihat Muqaddimat al-Kawtsari, h. 165. Hanya
saja memang banyak risalah Imam Abu Hanifah berupa materi-materi yang oleh
beliau diktekan (imla’) kepada murid-muridnya, yang kemudian dibukukan dan
disebarluaskan oleh mereka.

