Page 69 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 69

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  67
            Perhatikan, dalam atsar ini sangat jelas disebutkan bahwa Azar; yang
            kafir terhadap nabi Ibrahim tersebut bukanlah ayahandanya, tetapi
            dia adalah pamannya, dan dia mati terkena siksa, terbakar percikan
            api  dari  api  yang  tengah membakar  nabi Ibrahim.  Dalam  al-Qur’an
            sendiri  Allah  telah  memberitakan  bahwa  setelah  itu  nabi  Ibrahim
            tidak pernah kembali memintakan ampun bagi pamannya tersebut,
            karena telah jelas baginya bahwa pamannya tersebut adalah musuh
            Allah. Dan dalam beberapa atsar disebutkan bahwa ketika pamannya
            tersebut terkena siksa terbakar api maka nyatalah bagi nabi Ibrahim
            bahwa  ia  seorang  musyrik,  maka  setelah  itu  nabi  Ibrahim  tidak
            pernah kembali memintakan ampunan kepada Allah baginya.
                    (9). Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanad sahih dari
            sahabat Abdullah ibn Abbas, bahwa ia (Ibnu Abbas) berkata: “Ibrahim
            senantiasa memintakan ampunan kepada Allah bagi ayahnya hingga
            ayahnya tersebut meninggal, dan ketika meninggal nyatalah baginya
            bahwa  ayahnya  tersebut  adalah  musuh  Allah  (seorang  yang  kafir),
            setelah  itu  Ibrahim  tidak  pernah  lagi  memintakan  ampunan
                    106
            baginya” .
                    Lalu Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Muhammad ibn
            Ka’ab,  Qatadah,  Mujahid,  al-Hasan,  dan  lainnya,  bahwa  mereka
            berkata:  “Ibrahim  mengharapkan  ayahnya  tersebut  [masuk  Islam]
            pada masa hidupnya, dan ketika ayahnya tersebut meninggal di atas
            keyakinan  syirik-nya  maka  Ibrahim  membebaskan  diri  darinya.
            Setelah  peristiwa  pembakaran  Ibrahim  kemudian  hijrah  ke  Syam
            (wilayah Siria dan Palestian sekarang) sebagaimana dikisahkan dalam
            al-Qur’an,  setelah  beberapa  lama  di  sana  beliau  dengan  istrinya;
            Sarah,  masuk  ke  wilayah  Mesir,  di  sana  bertemu  dengan  seorang
            penguasa diktator yang menanyakan siapa Sarah?, lalu raja tersebut
            memberikan  Hajar  kepada  Ibrahim  untuk  berkhidmah  kepadanya,
            setelah  itu  beliau  kembali  ke  Syam,  kemudian  turun  perintah  dari
            Allah  untuk  memindahkan  Hajar  dan  anaknya;  yaitu  Isma’il  ke
            wilayah  Mekah,  maka  Ibrahim  menempatkan  keduanya  di  sana,
            dalam doanya Ibrahim berkata: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya
            aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di suatu lembah

                  106  Ibid, mengutip dari Tafsir Ibnu Abi Hatim.
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74