Page 72 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 72
70 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
“Sesungguhnya orang yang pertama kali mengajak nazar dengan
membuat persembahan dan beribadah kepada berhala-berhala
adalah Abu Khuza’ah Amr ibn Amir, dan sungguh aku melihat
111
menyeret usus-ususnya di dalam neraka”. (HR. Ahmad)
(3). Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir dalam kitab Tafsir
meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, berkata: Telah bersabda
Rasulullah:
“Aku melihat Amr ibn Luhay ibn Qam’ah ibn Khandaf tengah
menyeret kayu-nya dalam siksaan neraka, sesungguhnya dialah yang
pertama kali merubah ajaran Ibrahim, --[dalam redaksi riwayat Ibnu
Ishaq: “Sesungguhnya dialah yang pertama kali merubah ajaran
Isma’il]--, dialah yang mendirikan berhala-barhala, dialah yang
112
pertama kali membuat ajaran al-bahirah , yang membuat ajaran
115
113
as-sa-ibah , dan ajaran al-washilah , dan ajaran al-ham ”.
114
116
Hadits ini memiliki jalur sanad yang lain, cukup banyak .
111 Lihat pula Shahih al-Bukhari, nomor 4623, dari Abu Hurairah. Shahih Ibn
Hibban, nomor 2378, dari Abdullah ibn Umar. Majma’ az-Zawa-id, 1/121, dari
Abdullah ibn Mas’ud.
112 Ajaran al-Bahirah ialah; unta betina yang telah beranak lima kali dan anak
yang kelimanya adalah seekor jantan, lalu unta betina tersebut dibelah telinganya,
dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi, dan tidak boleh diambil air susunya. Lihat
Tartib Mukhtar ash-Shihah, Ibnu Abi Bakr ar-Razi, h. 76
113 Ajaran as-Sa-ibah ialah; unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja
lantaran sesuatu nazdar, seperti; bila seseorang [pada masa Arab jahiliyyah dahulu]
hendak melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat maka ia biasa bernazar akan
menjadikan untanya sebagai sa-ibah bila perjalanannya atau tujuan tersebut
berhasil dan selamat. Lihat Tartib Mukhtar ash-Shihah, Ibnu Abi Bakr ar-Razi, h. 397
114 Ajaran al-Washilah ialah; seekor domba betina melahirkan anak kembar
yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan-nya disebut dengan washilah,
tidak boleh disembelih, ia diserahkan kepada berhala-berhala. Lihat Tartib Mukhtar
ash-Shihah, Ibnu Abi Bakr ar-Razi, h. 866