Page 71 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 71

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  69
            41);  yaitu  lebih  dari  50  tahun.  [Dengan  demikian  semakin  nyata
            bahwa Azar bukan ayah kandung nabi Ibrahim].

                    Selanjutnya,  dari  sana  perjalanan  akidah  tauhid  terus
            berlanjut  pada  masa  putra  nabi  Ibrahim;  yaitu  Isma’il.  Asy-
            Syahrastani  dalam  kitab  al-Milal  Wa  an-Nihal  menuliskan  bahwa
            pada  masa  itu  agama  Ibrahim  berdiri  tegak,  dan  akidah  tauhid  di
            dada orang-orang Arab [keturunan Isma’il] sangat jelas. Orang yang
            pertama kali merubah akidah tauhid ini kepada menyembah berhala-
                                        109
            berhala adalah Amr ibn Luhay” .
                    Al-Hafizh  as-Suyuthi  membenarkan  catatan  asy-Syahrastani
            di atas, dalam pandangannya mengatakan ada beberapa hadits sahih
            yang menyebutkan kebenaran ungkapan asy-Syahrastani, yaitu:

                    (1). Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dalam
            kitab  Shahih  masing-masing  dari  sahabat  Abu  Hurairah,  berkata:
            “Telah bersabda Rasulullah:





            “Aku  melihat  Amr  ibn  Amir  al-Khuza’i  menyeret  kayu-nya  [dalam
            siksaan]  di  dalam  neraka,  dia  adalah  orang  yang  pertama  kali
            mengajak  ber-nadzar  dengan  membuat  persembahan  sembelihan
                                                                   110
            unta-unta bagi berhala-berhala”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
                    (2).  Imam  Ahmad  ibn  Hanbal  dalam  kitab  Musnad
            meriwayatkan  dari  sahabat  Abdullah  ibn  Mas’ud  dari  Rasulullah
            bahwa ia bersabda:








                  109  al-Milal Wa an-Nihal, asy-Syahrastani, h. 387
                  110  Lihat Shahih al-Bukhari, nomor 4521,  Shahih Muslim, nomor 2856, dari
            sahabat Abu Hurairah. Lihat pula Shahih Ibn Hibban, nomor 2378, al-Bidayah Wa an-
            Nihayah, 2/175, al-Jami’ ash-Shaghir, nomor 4386.
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76