Page 70 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 70
68 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman, di dekat ka’bah yang
terhormat…” (QS. Ibrahim: 37), dan seterusnya hingga QS. Ibrahim:
41: “Wahai Tuhan Kami, ampuni bagiku dan bagi kedua orang tuaku,
serta bagi orang-orang mukmin di hari saat berdiri
pertanggungjawaban (hisab)”. Dalam ayat ini jelas, bahwa nabi
Ibrahim memintakan ampunan bagi kedua orang tuanya setelah
kematian pamannya dengan rentang waktu yang cukup panjang.
Dengan demikian menjadi lebih jelas bahwa yang dimaksud “ayah”
oleh nabi Ibrahim; yaitu Azar adalah pamannya, bukan ayahandanya.
Karena itulah maka nabi Ibrahim tidak lagi memintakan ampunan
kepada Allah bagi pamannya tersebut setelah kematiannya,
sementara doa permintaan ampunan beliau kepada Allah bagi kedua
orang tuanya dalam QS. Ibrahim: 41 jauh setelah kematian
pamannya [artinya mustahil bagi nabi Ibrahim memintakan ampunan
bagi seseorang yang telah mati dalam kekufurannya; -dalam hal ini
pamannya-]. Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah
memberikan pemahaman yang benar ini bagi kita.
(10). Ibnu Sa’d dalam ath-Thabaqat meriwayatkan dari al-
Kalbiy, berkata: “Ibrahim hijrah dari Babilonia ke wilayah Syam, saat
itu beliau berumur 37 tahun, beliau mendatangi wilayah Harran,
menetap di sana beberapa waktu, kemudian pindah ke Yordania dan
menetap di sana beberapa waktu, kemudian keluar menuju Mesir
dan menetap di sana beberapa waktu, kemudian kembali ke wilayah
Syam hingga beliau turun di tujuh wilayah; antara Eliya dan Palestina,
kemudian ada beberapa penduduk yang meyakiti beliau maka beliau
hijrah dari mereka dan bertempatlah di suatu wilayah antara
107
Ramalah dan Eliya” .
Kemudian Ibnu Sa’d juga meriwayatkan dari al-Waqidi,
berkata: “Dilahirkan Isma’il bagi Ibrahim, saat itu Ibrahim berumur 90
108
tahun” . Dari dua atsar ini jelaslah bagi kita bahwa rentang masa
antara perjalanan hijrah nabi Ibrahim saat beliau keluar dari
Babilonia setelah peristiwa pembakaran terhadap dirinya dan antara
doa beliau yang ia mintakan kepada Allah di Mekah (QS. Ibrahim 37-
107 Ibid, mengutip dari Thabaqat karya Ibn Sa’d.
108 Ibid.