Page 83 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 83
Membela Kedua Orang Tua Rasulullah | 81
Al-Hafizh as-Suyuthi kemudian menjelaskan bahwa hadits
tentang Ka’b ibn Luay di atas, --selain diriwayatkan oleh as-Suhaili
dan al-Mawardi--, juga diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab
Dala-il an-Nubuwwah dengan sanad-nya dari Abu Salamah ibn Abdir
Rahman ibn Auf. Di bagian akhir riwayat Abu Nu’im ini disebutkan
bahwa rentang waktu antara masa hidup Ka’b ibn Luay dengan
diutusnya Rasulullah adalah 560 tahun. Dan al-Mawardi yang
disebutkan di atas adalah salah seorang imam madzhab Syafi’i (A-
immah al-ash-hab), beliau yang menulis kitab al-Hawi al-Kabir [kitab
yang sangat besar dalam puluhan jilid], beliau juga menulis kitab
A’lam an-Nubuwwah, dalam satu jilid, berisi pelajaran-pelajaran yang
sangat penting, beberapa catatan beliau akan kita kutip dalam buku
ini. Dari penjelasan di atas menjadi nyata bagi kita bahwa seluruh
moyang Rasulullah dari semenjak masa nabi Ibrahim hingga Ka’b ibn
Lu-ay mereka semua berada di atas agama Islam dan akidah tauhid.
Demikian pula anak Ka’ab; bernama Murrah, secara zahir dia juga
seorang mukmin, karena ayahnya telah berwasiat kepadanya untuk
beriman. Maka yang tersisa adalah orang-orang yang antara Murrah
dan Abdul Muth-thalib yang berjumlah empat orang, yaitu; Kilab,
Qushay, Abdu Manaf, dan Hasyim; tentang keadaan mereka itu tidak
terdapat berita apapun [sebagaimana diungkapkan as-Suyuthi].
Sementara Abdul Muth-thalib ada tiga pendapat mengenai beliau;
(Pertama) --yang merupakan pendapat yang lebih dekat untuk dapat
diterima--, bahwa beliau tidak mendapati dakwah nabi dengan dasar
hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lainnya, (Ke dua) bahwa
beliau berada di atas akidah tauhid dan di atas ajaran nabi Ibrahim,
secara zahir dan tersirat ini adalah pendapat Imam Fakhruddin ar-
Razi, juga tersirat demikian dalam perkataan Mujahid, Sufyan ibn
Uyainah, dan lainnya dalam penafsiran mereka terhadap ayat yang
telah kita sebutkan di atas, dan (Ketiga) bahwa Abdul Muth-thalib
telah kembali dihidupkan oleh Allah dari kematiannya, sehingga ia
bersaksi bagi iman dan islamnya lalu ia meninggal kembali, pendapat
ini diriwayatkan oleh Ibnu Sayyidinnas, namun ini adalah pendapat
yang paling lemah, gugur dan kurang diterima, karena ia tidak
memiliki dalil sama sekali baik dari hadits dla’if sekalipun maupun