Page 85 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 85

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  83
            Anshar:  “Apakah  engkau  sampai  dengan  mereka  ke  kuburan?”,
            Fathimah  menjawab:  “Tidak,  [aku  tidak  sampai  ke  kuburan]”,  lalu
            Rasulullah berkata: “Seandainya engkau ikut bersama mereka hingga
            ke  kuburan  maka  engkau  tidak  akan  melihat  surga  kecuali  surga
            tersebut telah dilihat oleh kakek ayahmu [yaitu Abdul Muth-thalib]”.
            Hadits ini telah diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, hanya saja dalam
            riwayatnya  tidak  ada  redaksi  yang  menyebutkan  “…hatta  yaraha
            jaddu  abiki  […  kecuali  surga  tersebut  telah  dilihat  oleh  kakek
            ayahmu]”. Lalu [masih kata as-Suhaili] pada sabda nabi “jaddu abiki”,
            tidak  dengan  “jadduki”;  redaksi  ini  dapat  menguatkan  hadits  dla’if
            yang  telah  kita  sebutkan  di  atas  bahwa  Allah  telah  menghidupkan
            kembali ayahanda dan ibunda Rasulullah sehingga keduanya beriman
            kepadanya  [artinya  bahwa  kedua  orang  tua  Rasulullah  tidak
                                   137
            bermasalah], Allah A’lam” .
                    Asy-Syahrastani dalam kitab al-Milal wa an-Nihal berkata:

                    “Cahaya  kenabian  Muhammad  [bahwa  kelak  dia  akan
            diangkat sebagai rasul] telah nampak pada kening Abdul Muth-thalib.
            Sungguh karena keberkahan cahaya itulah maka Abdul Muth-thalib
            mendapatkan  ilham  untuk  ber-nadzar  dengan  menyembelih  salah
            seorang  putranya.  Juga  dengan  keberkahan  cayaha  itulah  maka
            Abdul  Muth-thalib  memerintahkan  kepada  anak-anaknya  untuk
            meninggalkan  kezaliman  dan  berbuat  durhaka,  mengajak  mereka
            untuk berakhlak mulia dan meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang
            hina. Juga dengan keberkahan cahaya itulah maka Abdul Muth-thalib
            berwasiat  dengan  mengatakan  bahwa  siapapun  di  dunia  ini  yang
            berbuat  zalim  maka  ia  akan  mendapatkan  balasan  atas  kezaliman
            yang telah dilakukannya itu, dan se-zalim apapun seseorang, bila ia
            mati,  walaupun  selama  hidupnya  ia  tidak  pernah  mendapatkan
            balasan  buruk  dari  kejahatannya  tersebut;  maka  ia  akan
            mendapatkan balasannya. Lalu Abdul Muth-thalib ditanya mengapa
            demikian? Maka  beliau menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya di di
            belakang kehidupan dunia ini adalah kehidupan lain; di mana pelaku


                  137  al-Hawi Li al-Fatawi, 2/206, mengutip dari ar-Rawdl al-Unuf, as-Suhaili.
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90