Page 92 - 2B
P. 92
2B
“Ibu ini malu pada tetangga Yah, anaknya nggak lulus.
Padahal bapaknya dosen!”
Luka hatiku. Kemana ibu yang biasanya mengusap wajahku
dan kemudian membesarkan hatiku. Kemana ibu yang
memberikanku ketenangan akan tangis tak guna. Rupanya hati ibu
juga dapat tergoncang oleh sosialisai dunia luar.
“Ngapain malu, Bu?” ayah berkata pelan sedikit
menenangkan, “Anakmu tidak melakukan kejahatan.”
“Nyari contekan itu pun juga sebuah usaha dan bukan
kejahatan.”
Emosiku serasa bermain mendengarnya. Setelah
sebelumnya aku bertarung dengan banyak gejolak, perjuangan
panjang yang membuat tenaga dan pikiran habis terkuras. Kini
kudapati sebuah hasil yang di luar harapan. Kemudian, ibuku
memberikan respon yang sama sekali tak pernah kuinginkan.
“Ya, aku memang memalukan!” kataku kemudian dengan
suara lumayan keras agar ibu mendengar.
Aku menatap wajah ibu dengan tatapan tak menyenangkan.
Kulihat keterkejutan ibu dan serba salah tingkahnya. Terserahlah,
batinku kemudian dan kutinggalkan ruang makan dengan cepat.
Kututup pintu kamarku dengan keras, berharap emosiku
terlampiaskan.
“Bit, ibu tidak bermaksud begitu.” Kudengar ibu berkali-kali
mengetuk kamarku, mengatakan hal yang sama.
Sudah kukatakan aku tidak mau peduli. Terlanjur sakit dan
marah aku dibuatnya. Kubiarkan ibu berkali-kali menjelaskan
Maulida Azizah & Ummu Rahayu 91

