Page 93 - 2B
P. 93
2B
maksudnya. Bagiku tetap saja, hal terjujur yang ibu ucapkan adalah
ketika ibu berbicara pada ayah sewaktu di dapur tadi.
“Bit?” Suara itu. Sebenarnya hatiku hampir luluh karenanya.
Kurasakan penyesalan ibu lewat nada suaranya.
Aku menekuk lutut di atas kasur. Mataku menerawang
berkaca, buliran air mata pun jatuh meneruskan hatiku yang luka.
Ibu memang sering tak sependapat denganku. Tetapi ibu pula yang
sering memotivasiku. Dulu ibu yang menghapus air mataku saat
ujian nasional. Tapi kenapa kali ini ibu menambah gores luka di
hatiku?
Aku berusaha untuk berpegang teguh pada prinsipku, itu
adalah hadiah yang ingin kusiapkan untuk ibu. Tak ingin sedikit pun
aku memberikan hadiah penuh noda untuknya. Haruskah kuberikan
mahkota, sementara mahkota itu sebuah mahkota hasil curian.
Tidak, aku sama sekali tak ingin hal itu terjadi. Namun, apa yang
bisa kuperbuat sekarang? Mahkota murni yang hendak kuraih
ternyata tak sampai aku menemuinya. Sebelum kucapai itu, aku
terlanjur kembali jatuh.
Menit berlalu, tak kudengar lagi pintu diketuk. Tiba-tiba saja
aku menggerutu. Entah kenapa aku berharap ibu tak berhenti
mengetuk. Sekarang aku terpuruk, sungguh pilu menghadapi
kenyataan. Percakapan ibu dan ayah menambah robeknya hati.
Kurasa mereka harus meminta maaf lebih kali ini padaku. Harusnya
mereka… Ah, kepalaku ingin pecah memikirkannya. Di sisi lain
sebenarnya aku lebih merasa bersalah. Keterpurukan ini adalah
bentuk rasa bersalahku terhadap mereka. Mereka wajar berkata,
memang akulah perusak segalanya.
Maulida Azizah & Ummu Rahayu 92

