Page 101 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 101
Namun, saat mereka tahu suara ledakan aneh bertubi-tubi
itu dari arah kuburan, mereka tampak pucat dan bergegas
kembali pulang ke rumah. Barangkali mereka sangat kha-
watir, takut, jika sang malaikat keliru cabut nyawa atau
salah sasaran. Mereka ketakutan, jangan-jangan itu kode
panggilan pulang, yang tertuju untuk mereka. Pintu rumah
mereka pun tertutup rapat hingga pagi. Tak ada orang ke
sawah, ladang, mancing ke kali, ke pasar, sekolah, atau pergi
bekerja ke luar rumah menegakkan periuk nasi. Barangkali
mereka takut, ada malaikat iseng mengetuk pintu, atau
masuk menyelinap diam-diam ke rumah mereka. Desa
itu bak kampung kosong. Iman macam apa yang mereka
yakini, gerutu Tarman.
Saat ditanyakan kejadian semalam pada Mbah Marjo,
juru kunci itu hanya mengangguk lemah. “Itu memang
isyarat yang kuat dari alam, akan ada tugas hajatan besar
bagi kita, Le. Wis wayahe kayane. Wayahe Pageblug sing
nggegirisi, Le”.
Banyak kematian akan datang. Tapi kan artinya pula
akan banyak uang menumpuk, mungkin berkarung-karung.
Kematian kan bisnis yang lengkap. Sebagai juru kunci, Mbah
Marto punya jaringan bisnis pemulasaraan jenazah, kara-
ngan bunga, pembaca doa, juru parkir, tukang sapu, warung
angkringan, dan tentu saja, jasa penggali kubur. Jasa terakhir
ini memang banyak lowongan tapi tak banyak orang mau
nglakoni. Maka saat Tarman Blawong melamar mau nyantrik
belajar, Mbah Marto langsung bersuka-cita menerimanya.
Jadi, inilah masa-masa jaya dan laris luar biasa.
83

