Page 141 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 141
130
sekolahnya. Jadi, sekarang hanya ada aku. Aku harus me-
menuhi panggilan kemanusiaan itu.
Tuhan masih berkenan menolong kami. Operasr perta-
ma berjalan sukses. Aku menangis meluapkan kebahagiaan-
ku bersama kedua cucunya. barangkali agak aneh, aku yang
semula hanya perawat biasa tiba-tiba merasa menjadi bagi-
an dari keluarga itu. Seolah aku ikut tenggelam daiam laut-
an kegemblraan dan turut dalam kepanasan gurun kesedih-
an yang mereka alaml.
Aku mengunjungi kakek itu setelah kedua cucunya pu-
lang. Kulihat wajahnya masih pucat, namun sudah jauh lebih
baik daripada kemarin saat ia menderita luar biasa akibat
sakitnya. Aku mencoba tersenyum, dia membalasnya. Ke-
ring dan samar, tapi ada.
"Terima kasih atas bantuan Sus."
"Ah, sudahlah. Ini berkat pertolongan Tuhan."
Ia termenung. "Tuhan?" bisiknya.
"Tuhan masih mau bersama saya?"
Terheran-heran aku menatapnya.
"Bapak ini bicara apa? Tentu saja Tuhan bersama kita
selama kita masih bersama-Nya."
Lelaki tua itu diam.
"Tetapi, saya telah lama meninggalkan-Nya, bahkan
melupakan-Nya."
Kini aku terpengaruh.
"Suster," katanya lagi. "Kemarin, saya merasa hidup
hampir berakhir," ia menengok, "... tapi sekarang saya ma
sih bisa bertemu Suster."
"Itu patut disyukurl."
"Tapi, saya rasa Tuhan sedang menguji saya."
"Mengenai apa?"
Lelaki itu menentang mataku dengan ekspresi yang sa-
ma ketika pertama kaH katnf berbicara.
"Katakan, Sus,. apa yanf bisa membuafcseseorang me-

