Page 142 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 142

131




         rasa tenteram?"
              Akukebingungan.
              *!Saya bersalah, Sus. Saya m^punyai dosasi5esar rli
         masa lalu dan saya merasa setiap hari dikejar-kejar perasa-
         an tidak tenang. Katakan, >apa yang harus saya lakukan?
         Saya ingin meninggalkan dunia ini dengan damaisdan meng-
         hadap Tuhan dengan suci."
              Jantungku  berdebar-debar. Apa maksudnya? pikirku.
         Tiba-tiba saja aku merasa ketakutan.
              Rupanya dia  dapat mendengar debar jantungku. la
         mencoba stersenyum walaupun kering.
              "Sus jangan takut," katanya. "Saya hanya ingin Sus
         membantu saya menemukan kedamaian itu baru saya bisa
         pergi dengan tenang."
              "Sudahlah, Pak," sahutku gugup. Rupanya dia begitu
         yakin ajalnya sudah dekat. la  memejamkan mata selama
         beberapa detik, lalu membukanya kembaii.
              "Sus tahu siapa saya dulu?"
              Aku mengangguk.
              "Sus tahu perusahaan anak saya?"
              Aku mengangguk iagi.
              "Suz tahu perusahaan itu milik siapa?"
              "Setahu saya, itu ... warisan dari Bapak," jawabku lu-
        gu. Kakek itu tersenyum, lalu menggeleng.
             "Bukan."
             "Bapak yang merintis usaha itu dari awal."
              Dia diam.
             "Tahukah Sus dari mana modal untuk mendirikan peru
        sahaan itu saya dapat?"
              Aku terhenyak. Tiba-tiba saja aku merasa mulai dapat
        meraba-raba, menarik benang merah antara jabatan bapak
        itu di masa lalu, perusahaannya, dan kegelisahannya.
             "Tak ada yang tahu, Sus. Tidak juga almarhumah istri
        saya. Saya menyimpan rahasia in! begitu rapi selama puluh-
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147