Page 146 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 146
135
minyak itu bisa tumpah? Gepat bersihkan!" Mama berbicara
tak jauh dariku sambil membaM^ mangkuk sayur, itu artinya
sudah waktunya makan slang.
"Ma, Papa mana? Kenapa tldak ikut makan siang?" ta-
nyaku sambil melihat makanan apa yang dimasak Mbok Yem
hari in!.
"Aduh, kamu in! aneh. Sekarang jam berapa?" Mama
berbicara sambil mengambilkan nasi ke piringku. Benar se
karang masih jam satu, papa biasanya sampai rumah jam
empat.
"Tapi tadi belum selesai aku bicara mama memo-
tong.
"Sudah, sudah, sekarang makan dulu, nanti keburu di-
ngin!" kulihat senyuman mama yang mampu membiiatku te-
nang dan melupakan kejadian tadi.
Selesai makan aku segera menuju kamar baruku di
lantai atas. Untuk ukuran anak laki-laki kamarku cukup luas
dan di salah satu dindingnya ada foto tua yang masih ter-
gantung.
"Hmm ..., kulepas saja, tapi gadls ini manis juga, se-
pertinya dia bukan gadis pribumi. Kira-kira siapa ya lelaki di
sampingnya ini? Apa dulu salah satu dari mereka pemilik ka
mar ini? Tapi, apa peduliku?" Segera kuambil dan kuletakkan
dengan posisi terbalik di lad bawah lemariku, lalu kuhem-
paskan tubuhku ke tempat tidur. Tak lama hujan turun
membuatku setengah tertidur dan setengah sadar.
"KIek ... kiek ... kiek kubuka mataku saat kude-
ngar suara darl lad bawah lemariku. Segera aku bangun dari
tidurku dan kubuka laci itu.
"Lho, perasaan tadi kuletakkan terbalik." Tiba-tiba rasa
takut dan pikiran-pikiran yang menyeramkan menjadi satu
di kepalaku. Segera kuambil langkah seribu menuruni tang-
ga sambil berteriak-teriak memanggil mama.
"Ricky, kamu ini mau duet sama hujan?" Mama jengkel

