Page 148 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 148

137



        mentara kami terus berjalan menuju kelas.
             Jam sekolah pun berakhir dan segera aku pulang naik
        bus karena papa tidak bisa menjemputku. Setelah sampai di
        depan halaman ada perasaan ngeri untuk masuk, tapi apa
        boleh  buat. Aku bernyanyi pelan dalam setiap langkahku
        mengusir takut.
             "Ricky     sudah pulang?"
             "Sudah dong," jawabku santai dan segera kusadar di
        tengah halaman luas ini  tak ada seorang pun selain aku.
        Segera aku lari menuju rumah.
             "Wah, Ricky sudah lapar, ya? Ayo sana ganti  baju,
        salat, dan turun  untuk  makan siang!"  ujar  mama yang
        sedang menyiapkan makan siang untukku. Kuatur napasku
        dan sesampai di kamar kuletakkan tasku di meja, aku se
        gera ganti pakaian lalu salat. Sambil membenahi sajadahku
        mataku berkeliling ke seluruh sisi kamar, aku khawatir ka-
        lau-kalau hantu itu ada di rumah. Sampai di salah satu sisi
        dinding kulihat foto itu lagi.
             "Ma ... Mama!" panggiiku dari lantai atas.
             "Apa sih, kamu ini  bukannya turun malah teriak-teri-
        ak," tukas mama.
             "Ma, siapa yang memasang foto itu lagi?" tanyaku tak
        sabar.
             "Foto, foto yang mana?" tanya mamaku heran.
             "Ayo, Ma!" Kutarik tangan mama memasuki kamarku.
             "Mana? Tak ada foto satu  pun di  sini!"  Bagaimana
        mungkin, tadi  foto  itu  masih  tergantung  di  dinding  ini.
        Segera kubuka laci bawah lemariku. Foto itu ada di laci itu.
             "Apa itu foto pacarmu?" tanya mama melihat foto itu.
             "Bukan, ini foto ...," belum selesai bicaraku, mama ke
        luar terburu-buru karena mencium bau hangus,
             "Yah, hangus deh telur Mama."
             "Maaf Bu, saya kelamaan salat. Biar saya gorengkan
        lagi."
   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153