Page 151 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 151
140
"Kasihan, sakit ya? Itulah akibatnya menutup telepon
dariku." tukasnya.
"Hei, bagaimana kau bisa di sini, telepon dan Mama
dan mana cewek bule tadi?"
"Calon wartawan yang buruk ya kamu inl, tanyanya ke-
tus. Aku punya kaki jadi aku bisa ke sin! dan aku telepon
paka! HP, sedangkan cewek bule yang kamu bilang tad! aku
tak tahu, darl tadi aku sendirl." jawab Erna.
"Aneh, perasaan tadi dia di sini." Aku melihat ke se-
iuruh halaman mencarinya, tapi yang terlihat hanyalah po-
hon-pohon tua.
"Dia siapa?" tanya Erna.
"Si Pirang!"
"Kamu sakit, ya?" Erna bertanya seolah-oiah mengata-
kan aku giia.
"Baiklah, akan kuceritakan semua yang terjadi padaku
selama aku tinggai di rumah tua ini, tapi jangan kau cerita
pada siapa pun karena bisa-bisa tak ada yang mau ke ru-
mahku," jeiasku pada Erna yang makin heran pada ting-
kahku. Laiu, kuceritakan semua pada Erna dan dia hanya
diam memperhatikan, aku tahu orang seperti dia tertarik
pada hal semacam ini.
"Menyeramkan sekali, apa kamu semalam sempat me
lihat wajah si pirang? Cantik atau mengerikan? Kira-kira be-
rapa umurnya? Sudah tua atau masih muda?" tanya Erna
beruntun menyerangku.
"Kamu ini tidak mengenal kata sabar, ya?" tanyaku
kesal.
"Aduh Ricky, kamu ini lambat, cepat jawab nanti si
Pirang datang!"
"lya, dia cantik, rambutnya panjang dan pirang seperti
orang buie. Kaiau dilihat dari wajahnya dia masih seumur
kita," jawabku menggambarkan rupa hantu itu.
"Mau kamu bicara dengannya?" tanyaku pada Erna.

