Page 153 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 153
142
peiankan petikan gitarku.
"Kau menggangguku bernyanyi!" Tampaknya hantu itu
marah pada Erna.
"Maaf, kami hanya ingin mengobrol," ujar Erna. Hantu
itu menampakkan diri di sudut kamar, dia terlihat jelas wa-
lau agak transparan.
"Hai, namaku Erna. Slapa namamu?" tanya Erna pada
hantu Itu.
"Namaku Jude, ujar hantu itu."
"Hai Jude, apa kabar?" tanya Erna lagi.
"Kamu mau tahu bagaimana kabar hantu? Kau akan ta-
hu kalau kau sepertiku."ujar hantu itu menakut-nakuti Erna.
"Kenapa kau suka mehgganggu Ricky?" Dia sangat mi-
rip dengan Rohim, kekasihku," jawabnya dengan pandangan
yang tertuju padaku, membuatku merasa takut. Aku kha-
watir kaiau-kalau dia memintaku menjadi kekasihnya di
alam baka.
"Mau kau menceritakan kasihmu pada kami?" tanya
Erna lagi.
"Ya, tapi perlu kalian tahu aku mati karena bunuh diri,"
jawabnya dengan tetap berdiri di sudut kamar itu.
"Ehm, baiklah. Kami siap mendengarkan," ujar Erna.
"Dulu aku adalah anak yang ceria seperti kalian, de
ngan papi, mami, dan teman-temanku. Aku adalah anak
tunggal bagi mami, tapi aku adalah anak kedua bagi papi
karena papi mempunyai anak laki-laki di Netheriand dari istri
pertamanya. Ketika aku berusia enam belas tahun, kakakku
itu datang ke Indonesia, dia delapan tahun lebih tua dariku.
Hanya beberapa hari ini kami sudah sangat akrab seperti
saudara yang tak pernah berpisah. Selain itu, dia pun lancar
berbahasa Indonesia," ceritanya panjang.
"Apakah foto ini kakakmu?" tanya Erna.
"lya, namanya Petter, dulu aku sangat menyayanginya
sebagai kakak dan dia pun menyayangiku, tapi sayangnya

